Halloween Costume ideas 2015
Januari 2017

الفرق بين كلمة ((مبارك)) و ((مبروك)) في التهنئة :
يخطئ الكثيرون في هذا اللفظ ..فيقولون لمن أرداوا أن يباركوا له ( مبروك ) أو ( مبروك عليك )
ولو علم أحدنا معنى هذه الكلمة لايستحى منها ..وتعتبرُ كلمة ( مبـروك ) من التهاني المتداولة
و الشائعة عندنا ونقصد بها الدعاء بالبركة عند المناسبات السارّة والميمونة ولكنّ الصحيـحَ لغويا أن نقول :
( مُبـارك ) أو ( بالبَـرَكة ) أو ( بارك الله لك أو فيكِ أو عليكِ ) أو ( بارككِ الله )
ونحوها من صيغ التبريكات الصحيحة لغةً وشرعاً، والتي تعني الدعاء بالنّماء والزّيادة .
فالفعل الرباعي (بارك) يأتي اسم المفعول منه على وزن مفاعل (مبارك),
وقد دعا به النبي صلى الله عليه وسلم لعبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه لما تزوج فقال: بارك الله لك، وأولم ولو بشاة. رواه البخاري ومسلم.
واسم المفعول من فاعل الرباعي هو مفاعل كما قال ابن مالك، فالقياس أن يقال مبارك، ولا يقال مبروك.
وقد وردت كلمة مبارك في السنة كما في حديث البخاري أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رفع مائدته قال: الحمد لله كثيرا طيبا مباركا فيه.
والمعني في اللغة :
البَرَكَةُ، محرَّكةً النَّماءُ والزيادةُ، والسَّعادَةُ. والتَّبْريكُ الدُّعاءُ بها. وبَريكٌ مُبارَكٌ فيه. وبارَكَ اللّهُ لَكَ،
وفيكَ، وعليكَ، وبارَكَكَ، وبارِكْ على محمدٍ، وعلى آلِ محمدٍ أدِمْ له ما أعْطَيْته من التَّشْريفِ والكَرامَةِ.
وتَبَارَكَ اللّهُ تَقَدَّسَ وتَنَزَّهَ، صفَةٌ خاصَّةٌ باللهِ تعالى، و بالشيءِ تَفاءَلَ به.
أما ( مبـروك ) فإنها مشتقّة من بَرَكَ البعير يبرُكُ بُروكاً أي : استناخَ البعير وأقامَ وثبَتَ .
فقولنا لشخص ( مبـروك ) يعني : بَرَك عليك البعير واستقرّ وثَبَتَ ، لأنه اسم مفعول من بَرَكَ . فالفعل الثلاثي ( برك ) يأتي اسم المفعول منه على وزن مفعول (مبروك)
والمعني في اللغة:
بَرَكَ البعيرُ يَبْرُكُ بُروكاً، أي اسْتَناخَ. وأَبْرَكْتُهُ أنا فَبَرَكَ، وهو قليلٌ، والأكثر أَنَخْتُهُ فاستناخ. ويقال: فلان
ليس له مَبْرَكُ جملٍ. وكلُّ شيء ثبتَ وأقامَ فقد بَرَكَ..


PENTINGNYA MENUNTUT ILMU

Didalam menjalani kehidupan,ilmu berperan sebagai tokoh utama dan sangat dibutuhkan dalam setiap perihal dalam menjalani aktifitas sehari-hari.tanpa ilmu,seseorang akan sulit untuk menggapai apapun yang ingin ia gapai.begitulah betapa sangat pentingnya peran ilmu dalam kehidupan.jika diibaratkan kedalam sebuah perumpamaan;ilmu bagaikan sebuah oksigen(udara),tanpa oksigen kita akan kesusahan untuk bernapas.
Disebabkan perihal itu,maka sudah sepantasnyalah bagi setiap hamba untuk ikut serta dalam mencari yang namanya ilmu dan mengikuti majlis-majlisnya.majlis ilmu ialah majlis yang memudahkan jalan ke sorga.dalam sebuah Hadits,Rasulillah SAW bersabda,yang maknanya:”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslimin dan muslimat”.
Dengan ilmu,hidup akan cerah;karena ilmu akan menuntut seseorang untuk membentuk akhlaq yang mulia.Allah sangat memuliakan orang yang berilmu,dengan ilmu seseorang bisa melaksanakan amal ibadah dengan sempurna.
Ilmu menjadi konteks utama dalam suatu peradaban.contohnya:Nabi Adam ‘alaihis salaam lebih dimuliakan dibanding malaikat,karena ilmu yang ia miliki.Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sehingga ia sanggup menjawab benda-benda yang diperintahkan oleh Allah untuk menyebutkannya.dengan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh Nabi Adam,Allah ta’ala menyuruh para malaikat untuk memuliakan Nabi Adam dengan bentuk cara bersujud kepadanya Nabi Adam.ini membuktikan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang berilmu.Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam QS.Al-Baqarah:31-35.
Jauh dimasa peradaban dikala dulu sebelum Rasulillah hadir di muka bumi,manusia berada didalam kebodohan(masa jahiliyah),kezaliman.hidup manusia berada dalam kondisi yang sangat-sangat suram.sebagaimana yang telah dikisahkan,sungguh banyak sekalilah yang terjadi di masa itu pembunuhan terhadap anak perempuan,minum-minuman,perzinaan,menyembah berhala,dan lain sebagainya.
Hingga tibalah disuatu masa,Allah utuslah Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki keadaan,dan menyempurnakan akhlaq manusia.Dalam pengangkatan Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi,ayat yang pertama kali diturunkan ialah QS.Al-‘Alaq:1-5.ayat pertama yang artinya “Bacalah”,dimana malaikat Jibril memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca.Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat mendorong manusia untuk menuntut ‘ilmu.
Dalam konteks menuntut ilmu atau menjalani kehidupan,kata-kata percuma tak akan pernah dijumpai sampai kapanpun itu,karena jika kita mengkaji ulang kembali lagi;bahwasanya kata ungkapan “percuma” itu tidak ada dalam segi apapun.karena semua tindakan atau apapun itu sudah ketentuan dari sang Maha Pencipta.semua ada hikmahnya.
Sebagai perumpamaan yang dekat,bisa dicontohkan seperti Mahasiswa-mahasiswa yang sedang menuntut ilmu agama di Cairo Mesir ini.meskipun dikala mereka menjalani status mereka sebagai mahasiswa yang semestinya dan yang diharapkan kedua orang tua mereka serta masyarakat,namun mereka semasa dalam Study nya adakala masih banyak yang kurang mapan atau bermalas-malas;dan setelah mereka kembali kekampung halaman masing-masing,mereka dilempar dengan kata ungkapan percuma oleh masyarakat,yaitu percuma saja anda menuntut ilmu jauh-jauh keluar negeri,namun hasilnya toh hanya segini.So,inti sari yang dapat dipetik “bahwasanya meski sekecil apapun usaha seseorang untuk menuntut ilmu,atau besar sekaligus;semuanya itu tak ada yang percuma.pasti ada buah nya,pasti ada untungnya.ada hikmah segalanya.
Imam As-Syafi’i rahimahullah pernah berpesan dalam konteks ini,betapa pentingnya menuntut ilmu itu hingga harus rela meninggalkan kampung halaman.Nasehat beliau begini:
(”Merantaulah...,Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.Tinggalkan negerimu dan hiduplah di negeri orang.Merantaulah...,Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan(kerabat dan kawan).Berlelah-lelahlah,manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..,Jika mengalir menjadi jernih,jika tidak;akan keruh menggenang.)....
Menuntut ilmu alangkah indahnyalah jika sudah dibiasakan dari semenjak seorang anak masih dini.karena disaat-saat situasi seperti inilah waktu-waktu yang sangat  cocok dan baik untuk memasukan ilmu yang bersih untuk jiwa anak.karena jika pantauannya jika anak sudah menempuh umur dewasa,akan agak sulit untuk menanamkan ilmu padanya agar sianak terdidik.hal ini dapat diumpamakan:Belajar diwaqtu kecil bagai mengukir diatas batu.Belajar sesudah dewasa,laksana menulis diatas air.So,pergunakan waktu semaximal mungkin,sebelum terlambat(menyesal).
Di dalam sebuah kitab yang berjudul ”Akhlaqu Lilbaniin”,seorang anak yang masih kecil diumpamakan sebagai sebuah batang pohon,jika sipemilik kebun sering mendatangi kebunnya dan senatiasa merawat tumbuhannya,dengan izin Allah isi kebun akan terurus,batang pohon akan tumbuh dengan baik,tanpa ditemui bengkok atau cacat sedikitpun.namun jika sebaliknya,sungguhlah kebun akan ditumbuhi semak yang dalam dan pohon bisa jadi akan tumbuh besar dalam keadaan yang bengkok.
Begitu pulalah seorang anak yang masih kecil,jika suatu keluarga(ibu bapak)tidak membesarkan sibuah hati pada lingkungan yang baik,tidak menanamkan jiwa yang indah buat sibuah hati,tidak menanamkan kepada si anak betapa pentingnya ilmu dari sejak dini;sungguhlah sianak dikala ia tumbuh besar akan mempunyai kehidupan yang tak dapat dibayangkan,hidup dalam keadaan kurang ilmu.dan sulitlah untuk menanamkan ilmu tadi pada sianak setelah ia beranjak dewasa.
Waallahu a’laam bissawaab...


  

Al Farahidy
            Apakah anda pernah melihat kamus bahasa arab karangan para ulama terkenal dan kamus kontemporer sekarang? Pernahkah anda belajar ilmu arudh? Kalo pernah, maka hendaklah kita ketahui bahwa al farahidy adalah orang arab pertama yang merancang kamus bahasa arab, beliau pulalah penemu ilmu arudh, ilmu yang mempelajari tentang kaedah-kaedah yang dengannya dapat diketahui shahih atau rusaknya suatu wazan syiir. Kamus dan ilmu arudh adalah salah satu dari peninggalan beliau yang telah diwariskan kepada kita.
            Nama lengkap beliau adalah abu Abdurrahman Khalil bin ahmad bin ahmad bin amr bin tamim al-farahidy. Beliau terkenal dengan nama al-farahidy (Yunus mengatakan al-furhudy) dan Khalil. Kata al-farahidy sendiri adalah kata yang dinisbahkan kepada nenek moyangnya farahid bin malik bin fahm bin Abdullah bin malik bin mudhar bin azd. Belum ada seorangpun yang diberi nama Ahmad setelah wafatnya Rasulullah saw sebelum ayah dari Khalil al farahidy.
            Al farahidy dilahirkan di azdi (sekarang dikenal dengan oman) pada tahun 100 hijriyah, kemudian beliau pindah ke bashrah dan menetap disana. disanalah beliau tumbuh dan berkembang hingga akhirnya menjadi syekh karena ilmu-ilmunya.
            Al farahidy merupakan orang yang sangat cerdas. Karena kecerdasannya orang-orang mengatakan bahwa tak ada seorangpun di dataran arab setelah sahabat yang lebih cerdas daripada al-farahidy. Beliau memiliki pengetahuan tentang irama dan melodi, dia pulalah yang  menemukan ilmu arudh, dan mengeluarkan masalah-masalah nahwu dan melakukan pembenaran qiyas didalamnya, dan membatasi syiir-syiir arab didalamnya, selain itu beliau pulalah yang mengumpulkan lafadz-lafadz bahasa arab dengan cara matematis, belum ada seorangpun yang pernah mendahuluinya dalam hal ini. Selain seorang linguis beliau juga merupakan seorang matematis, telah memaksimalkan pikirannya dalam berbagai cabang ilmu.
            Al farahidy menuntut ilmu di bashrah dan menjadi murid dari ulama-ulama yang terkenal disana seperti abu amr bin ala’, abu al baida’ al-riyahi, abu khairah nahsyal bin zaid al-adawy, isa bin umar dan lain sebagainya. Begitu pula, beliau merupakan seorang guru dari banyak ulama-ulama terkenal dalam bidang bahasa (linguis) seperti sibawaihi, al asma’i, nadhr bin syumail dan lain sebagainya. Sibawaihi merupakan orang yang sering mengambil riwayat dari  Khalil al farahidy, sairafi mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam al-kitab (buku karangan sibawaihi) secara keseluruhan hikayat yang ada didalamnya bersumber dari Khalil al farahidy.
            Al farahidy bukanlah orang yang kaya akan harta, melainkan beliau merupakan orang yang fakir. Beliau juga adalah orang yang zuhud akan dunia dan tidak pernah berkeinginan hidup di dalam istana dengan limpahan  kemewahan. Diriwayatkan bahwa beliau pernah menolak undangan sulaiman bin ali  untuk menjadi pengajar kepada anak-anaknya. Maka keluarlah Khalil al farahidy untuk menemui utusan sulaiman bin ali dengan membawa roti kering kemudian berkata : tiadalah bagiku selain roti ini, dan saya masih menemukannya maka tiadalah hajatku bagi sulaiman. Kemudian utusan tersebut menjawab: lantas apa yang akan saya sampaikan kepadanya terhadap dirimu?. Al farahidypun menjawab dengan melantunkan sebuah syiir:
و في غني غير لست ذا مال
ابلغ سليمان اني عنه في سعة  
و لا يزيدك فيه حول محتال
فالرزق عن قدر لا العجز ينقصه  
يموت هزلا و لا يبقي علي حالي
سخي بنفسي اني لا اري احدا  
   و مثل ذاك الغني في النفس لا المال
و الفقر في النفس لا في المال نعرفه
كما تغشي اصول الدندن البالي
و المال يغش اناسا لا اصول لهم

Al farahidy wafat di bashrah pada tahun 175 hijriyah menurut pendapat yang paling rajih. Beliau telah meninggalkan banyak karangan yang menunjukkan kecerdasannya seperti kitab al ain, kitab al iqa’ wa al nagm, kitab al arudh,kitab al jumal, kitab al syawahid, kitab al nuqat wa al syakl, kitab al maani wa al harf. Kitab-kitab ini merupakan kepandaian al farahidiy. Sufyan bin ainaihi berkata : barang siapa yang suka memandang seseorang yang diciptakan dari emas dan misk maka hendaklah memandang Khalil bin ahmad al farahidy.
Semoga Allah memberikan balasan yang sesuai dengan apa yang beliau berikan kepada umat islam.
Oleh: Umar Tahir

 
             


BAHASA ARAB DAN DIALEKNYA
Bahasa seperti yang kita ketahui bahwa ialah alat yang digunakan untuk menyampaikan tujuan dan maksud kita kepada orang lain, itulah pengertian yang di paparkan oleh ibnu mandzur dan fairuzabadi, adapun menurut ibnu kholdun dalam muqoddimah nya (almuqoddimah), bahwa bahasa adalah kemapuan pada lisan setiap manusia untuk menunjukankan/ menta’birkan setiap makna yang ada.
Setiap Negara memiliki bahasanya masing-masing, tapi yang akan dibahas disini adalah bahasa arab, yang mana dia adalah salah satu dari bahasa tertu didunia, dan al-quran yang sebagaimana ia adalah buku penunjuk kita dalam mengarungi kehidupan yang fana ini. Jikalau  kita hendak mengetahui asal usul memang belum bisa menemukan titik temu yang pas dan semua itu masih berbentuk teori. Bahasa arab memang memiliki banyak macam dan ragam nya, ada itu bahasa fusha sebagai bahasa induk, kemudian bahasa-bahasa lain yang menyerupainya yang mana didalamnya ada beberapa tambahan ataupun pengurangan.
Pada sub kali ini akan lebih banyak membahas tentang ilmu dialektika bahas arab, perkembangan, macam dan rujukanya, karna pada dasarnya ilmu dialektika iyalah studi atau riset yang memperlajari tentang dialek bahasa yang satu (bahasa ibu), dulu dan sekarang, dengan menggunakan metode keilmuan modern yang mana menjadi penghubung diantara keduanya, menemukan setiap kaidah-kaidah yang ada.
I.        Perkembangan ilmu dialektika
Awal mula adanya studi tentang ilmu dialektika sebenarnya diawali oleh para ilmuan barat, khusunya para orientalis. Dan bahkan bisa dibilang studi ini masih baru dan belum terlalu lama. Kemudian para ulama timurpun tergerak untuk melakukan riset terhadap bahasa mereka yang amat kaya akan nilai sejarah, mereka ingin menelisik lebih dalam lagi apa-apa yang tersirat dalam manuskrip mereka yang mana itu adalah warisan yang harus dijaga dan dikembangan, khususnya dari manuskrip-manuskrip bahasa, sastra dan sejarah. Karna ulama timur atau cendikiawan muslim sendiri belum ada yang mencatatnya secara langsung.

II.      Adapun beberapa faktor pendorong untuk menulisnya yaitu sebagai berikut:
1.      Bahasa arab adalah bahasa pedoman hidup kita yaitu Al-Quran dan Al-Hadits
2.      Bahasa arab memiliki keunikan tersendiri dari banyak sisi
3.      Bahasa arab memiliki banyak macam dan serta jenis nya
4.      Membuka kembali khazanah sejarah yang belum sepurna penelitianya dll.
Setelah memerperhatikan dan meninjau tentang bahasa, barulah kita meberikan titik cerah pada pemaknaan dialek. Dilake dalam bahasa yunani memliki arti : varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Berbeda dengan ragam bahasa yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian.
Sedangkan dalam KBBI dialek bermakna: ling variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai (bahasa dari daerah tertentu, kelompok social tertentu, atau kurun waktu tertenu).

III.    Macam-macam Dialek
Terpecahnya bahasa ibu (pemersatu) memang dipengarungi oleh banyak hal seperti individual, social, regional dan lingkungan. Faktor-faktor ini telah memberikan pengaruh yang amat besar terhadapa dialek suatu bahasa, khususnya bahasa arab. Adapaun macamnya bisa kita kategorikan sebagai berikut:
1.      Dialek regional
Dialek regional adalah dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh suatu tempat atau letak geografis. Seperti contohnya bahwa dialek orang mesir berbeda dengan dialek orang Iraq ataupun Bahrain.
2.      Dialek social
Dialek social adalah dialek yang digunakan oleh beberapa kelompok social tertentu, dan condongnya dialek ini Nampak kebanyakan pada perbedaan huruf, karna jelas memang dalam hal tingkat social orang akan berbeda dalam berbahasa, inipun memepengaruhi dialek mereka, seperti kaum bangsawana, mereka sudah pasti berbeda dengan orang biasa pada umumnya.
IV.   Rujukan-rujukan studi dialektika
1.      Banyaknya puzzle (manuskrip) yang terpecah belah diberbagai bidang ilmu khusunya bahasa, sastra, sejarah dan riwayat-riwayat qiroah quraniyah, dan yang terutama dari sekian rujukan itu iyalah qiroah quraniyah dan kamus. Ketika para ulama kembali kepada rujukan yang pertama, mereka dapat menemukan beberapa perbedaan yang mencuat kepermukaan, karna itulah kuat dan erat nya ikatan anatara ilmu studi dialektika denga bacaan al-quran yang berbeda-beda di setiap regional atau tempatnya. Pun dengan kamus-kamus bahasa arab yang dulu, karena dalam kamus ini para ulama mencatat dalam karangnya setiap kata dalam bahasa arab dengan makna dan cara penyebutanya secara khusus, baik itu dari segi wilayah penggunaan ataupun derajat lafadz tersebut dalam penggunaan, sesuai dengan metode yang mereka gunakan dalam penulisanya.
2.      Sastra komuniti dengan segala corak dan macamnya, baik itu syair atau pun natsr (bahasa suatu kalam yang berdasarkan pada penggunaan ilmu balagoh).
3.      Studi cendikiawan barat tentang bahasa arab kuno dan modern.
4.      Studi khusus (riset) terhadap macam-macam bidang keilmuan, seperti jurusan bahsa arab dalam beberapa kamus khsusus di beberapa Negara.
5.      Dialek orang-orang arab yang exis dizaman modern sekarang ini, dengan menilitik dari sisi kefasihan ataupun tidaknya.
Itulah beberapa rujukan dalam studi ilmu dialektika bahasa arab yang dikaji oleh para ulamanya.

Semoga hal-hal diatas bisa menambah wawasan kita tentang bahasa arab dan dialeknya, tapi pembahasan ini masih amatlah ringkas dan masih banyak butuh perbaikan sana-sini.
Insya allah pada sub berikutnya kita akan membahas tentang qiroah al-quran yang banyak macamnya yang sering kita sebut dengan qiroah sab’ah atau juga qiroah asyroh. 


Memberi ucapan selamat terhadap umat Kristen dalam kaca mata islam
Oleh: Samsul Bahri Bin Taufik.
Tahun baru masehi selalu diperingati dengan begitu meriaht yang dilakukan di seluruh penjuru dunia, bersamaan dengan itu uman Kristen memperingati hari lahirnya yesus kristus atau Nabi Isa. a.s. hal yang biasa dilakukan pada saat itu adalah ucapan selamat bagi orang yang merayakan, dalam hal ini bolehkah seorang muslim mengucapkan selamat ulang tahun lahirnya yesus kristus terhadap umat Kristen?
Dikalangan umat islam terjadinya perbedaan pendapat mengenai hal ini yang terbagi kedalam dua golongan; golongan pertama yaitu golongan mutasyadidin mengharamkan hal semacam ini, sedangkan golongan kedua yaitu golongan yang berpegang pada manhaj wasathi membolehkannya. Masing- masing Kedua golongan ini mempunyai dalil yang dijadikan sumber pagangan terhadap pendapatnya.
Dalil golongan pertama
Diantara ayat-ayat al quran yang diambil untuk dijadikan dalil mengharamkan ucapan selamat hari raya uamat Kristen sebagai berikut:
1)      Firman Allah, SWT:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [المائدة: 51]
(Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai temanmu (pemimpinmu); mereka satu sama lain saling melindungi, barangsiapa diantara kamu yang menjadikan mereka sebagai teman (pemimpin), maka dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak member petunjuk kepada orang0-orang zalim).
Dalam ayat ini Allah melarang orang mukmin menjadikan umat yahudi dan nasrani sebagai sekutu, karib, penolong. Barang siapa yang melakukannya maka dia telah digolongkan dari mereka. Maka sudah semestinya umat islam tidak boleh melakukan apapun hubungan yang bermaksud sekutu (أولياء) seperti melakukan ucapan selamat hari raya. Jika seorang muslim melakukan hal tersebut berarti dia telah melanggar sebuah ketentuan yang telah Allah sampaikan dalam ayat ini.
2)      Firman Allah, SWT:
}إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} (الممتحنة: 9)
(sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampong halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.
Setiap kafir yang memerangi orang islam dan mengeluarkannya dari negeri mereka maka haram hukumnya menjadikan mereka sebagai sekutu atau saudara. Menurut pandangan golongan pertama ini Umat Kristen juga merukan salah satu yang memusuhi dan memerangi islam atas dasar agama sehingga umat islam dilarang melakukan apapun bentuk kebaikan terhadap mereka, seperti mengucapkan selamat hari raya, atau selamat memperingati tahun baru.
Inilah diantara ayat-ayat yang dijadikan sebagai dalil untuk mengharamkan ucapan selamat terhadap umat Kristen.
Adapun golongan kedua juga mempunyai dalil pegangan bagi mereka untuk menghalalka hal demikian, diantara dalil yang mereka ambil dari Al Quran adalah sebagai berikut:
1)      Firman Allah:
{لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} [الممتحنة: 8]
(Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampong halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil)
Dalam ayat ini Allah membolehkan umat islam untuk berbuat baik dan adil terhadap non muslim yang tidak memeranginya, dan tidak mengusirnya dari tempat tinngalnya, mereka berhak dijadikan sebagai kawan, sekutu yang saling hidup berdampingan di sebuah Negara untuk mempertahankan Negara dari serangan luar. Ucapan selamat hari raya merupakan salah satu cara berbuat baik, karena hal tersebut bisa membuat mereka terasa bahagia, dan juga dapat mandatangkan keharmonisan antara keduabelah pihak, maka tidak salahnya kalau seorang muslim mengucapkan selamat tahun baru masehi atau selamat memperingati hari lahirnya Nabi Isa.as.
2)      Sabda Rasulullah,SAW:
(مَنْ قَتَلَ نَفْسًا مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا). أخرجه البخاري في صحيحه، حديث رقم (6914).
(barang siapa membunuh jiwa seorang kafir zimmi maka dia tidak dapat memcium bau surga, dan sesungguhnya bau itu akan didapati dari perjalanan empat puluh tahun)
3)      Ijma ulama bahwa apabila non muslim membuatkesepakatan damai dengan muslim, tidak melakukan perlawanan, dan membantu muslim dalam memerangi musuhnya, maka wajib bagi muslim untuk memperbolehkan mereka hidup dengan keyakinannya, dan melindunginya.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa mengucapkan selamat hari raya terhadap umat Kristen tidak bertentangan dengan ajaran islam, karena agama islam ini adalah agama yang penuh kasih sayang dan toleransi, islam tidak memerangi siapa saja yang mau hidup dengan umatnya dalam kedamaian dan kasih sayang, islam hanya memerangi mereka yang memusuhi islam, dan menghambat dakwahnya saja. Maka oleh karena itu, pendapat golongan kedua lebih kuat, dan patut diambil terlebih lagi saat kondisi umat islam seperti ini.

Adapun ayat-ayat al quran yang melarang umat islam melakukan kebaikan terhadap non muslim itu hanya ditujukan terhadap non muslim yang ingin menghancurkan islam, bukan terhadap non muslim secara umum, dan bukan juga karena perbedaan agama pada dasarnya. Kalau kita lihat kepada ayat-ayat sebelumnya jelas bahwa ayat itu khusus ditujukan terhadap siapa saja yang memusuhi islam. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Muhammad rasyid ridha dalam tafsir Al Manar.

Ilmu Arudh[1]
Oleh: Syukron Sayidil Ansor[2]

Mengagumkan. Dengan hanya mendengarkan beberapa denting besi, beliau dapat menciptakan sebuah metode musikalisasi, rima, ritme, bahkan imajinasi seorang penyair untuk membentuk sebuah puisi yang berhasil. Walaupun dengan berbagai pendapat mewarnai akan objek yang menjadi penemuan metode ini, justru hal terebut membuat perbincangan lebih menarik. Meskipun demikian, bukan dalam hal bagaimana ia menciptakannya- kerena layaknya seorang seniman yang memiliki dunia sendiri untuk melahirkan karyanya, maka takan pernah selesai menyingkapnya- melainkan seperti apa metode yang mampu membaca sebuah karya puisi Arab dianggap sehat atau tidak, sukses atau gagal.
Ilmu Arudh adalah metode yang saya bicarakan di atas. Ilmu Arudh adalah metode untuk menyelamatkan karya seorang penyair. Ilmu Arudh adalah barometer puisi Arab, mengetahui berhasil atau tidaknya sebuah puisi Arab dengan menggunakan Taf’ilatatau bentuk kalimat dalam tiap diksi pembentuk puisi.
Imam Khalil bin Ahmad diyakini sebagai pencipta ilmu ini. Pasalnya sebelum tahun 100 H dimana ia dilahirkan di Bashrah, belum ada metode yang dapat menjadi tolak ukur sebuah puisi Arab. Dorongan akan banyaknya expansi islam saat itu, menimbulkan kehawatiran akan kemurnian bahasa Arab terancam. Berbagai alat barometer bahasa pun diciptakan. Imam Sibawaih-muridnya sendiri- mampu membuat hal menarik dan lebih bayak perhatian padanya. Sehingga al-Khalil pergi haji, dan sepulangnya Imam Khalil dari Makkah, ia membawa sesuatu yang baru dan menarik.
Tercatat dalam sebuah puisi:
علم الخليل رحمة الله عليه # سببه ميل الورى لسيبويه
فخرج الأمام يسعى للحرم # يسأل رب البيت من بيت الكرم
فزاده علم العروض فانتشر # بين الورى فأقبلت له البشر


“Ilmunya al-Khalîl (semoga rahmat Allah selalu diberikan kepadanya),
penyebabnya adalah tertariknya masyarakat terhadap Sîbaweh.
Maka al-Imam pun pergi bersa’i ke masjid al-Haram, memohon limpahan karunia
dari penguasa al-Bait.
Ilmu ‘arûdh menjadi tambahan ilmunya. Ilmu ini pun tersebar dan diterima di
kalangan masyarakat”.
            Ada kisah menarik yang saya temukan dalam bahan pembelajaran ilmu ini. Yaitu diceritakan bahwa setelah ia menyelesaikan haji wada’, disebuah jalan ia menjumpai orang tua melantunkan bait yang berbunyi:
نعم لا نعم لا لا نعم لا نعم لا لا # نعم لا نعم لا لا نعم لا نعم لا لا      
Lantas al-Khalil bertanya, “apa yang anda tuturkan pada anak anda?” ia menjawab, “ini adalah sebuah ilmu dari nenek moyang kami, kami menyebutnya Tanghim atau berdendang”.
Dapat saya tegaskan bahwa manfaat ilmu ini sangat besar bagi pecinta dan pelajar bahasa Arab. Disamping objek kaji ilmu ini yang harus dikuasai-yaitu syi’ir Arab dari segi wazannya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya, baik perubahan yang diperbolehkan ataupun yang terlarang-, juga banyak manfaat lain yang akan diperoleh, diantaranya:
- Dapat membedakan syi’ir dengan natsar.
- Dapat menghindari campur aduknya bahar-bahar syi’ir satu sama lainnya.
- Dapat menghindari kejanggalan wazan dengan perubahan yang terlarang.
- Dapat membedakan wazan-wazan yang benar dengan yang salah.
           
           



[1] Esay ini didapatkan dari pemahaman diktat Fakultas Bahasa Arab prodi Bahasa dan Sastra Universitas Al-Azhar
[2] Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar

        Kelebihan dan hikmah menuntut ilmu

      Wahai penuntut ilmu Allah, didalam kita menempuh imtihan ini, jangan kita lupa akan tuntutan sebenar yang digariskan oleh Islam bagi orang yang menuntut ilmu ,Seperti sahabat-sahabat ketahui sebelum ini. Disini aku ingin mengingatkan kembali bahwa hadaf utama kita menuntut ilmu di bumi Anbiya’ ini bukanlah semata-mata untuk menggenggam segulung ijazah bahkan kita dituntut oleh Islam agar mendalami ilmu agama yang sebanyak mungkin untuk mengislah masyarakat yang belum mengetahui hakikat Islam yang sebenarnya.Beruntunglah bagi sesiapa yang menuntut dan mencari ilmu kerana diberi ganjaran yang besar oleh Allah SWT sebagaimana  sabda Nabi SAW :
Daripada Abu Darda’ RA, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa melalui satu jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah mempermudahkan baginya satu jalan ke syurga.
Sesungguhnya malaikat-malaikat melabuhkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu yang ridha dengan apa yang mereka lakukan. Sesungguhnya apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi sampai ikan di air beristighfar kepada orang alim. Kelebihan orang alim berbanding orang abid adalah seperti kelebihan bulan berbanding seluruh bintang. Sesungguhnya ulama’ adalah pewaris anbiya’ dan para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Sesiapa mengambilnya sesungguhnya dia mengambil keuntungan yang banyak. (Hadis Riwayat Tarmizi, Abu Daud dan Ibn Majah)
Allah angkat derajat orang yang berilmu.
     Selain itu juga , Allah mengaruniakan derajat kepada orang yang menuntut ilmu sebagaimana  firman Allah SWT yang artinya : “Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Surah Al-Mujadalah : 11)
Dalam ayat Ini menunjukan kelebihan-kelebihan dan wejangan wejangan  oleh Islam kepada umatnya agar agama Islam dapat tersebar melalui ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh Allah SWT kepada nabi-nabiNya.
     Oleh karna itu, disamping kita membaca kitab-kitab kuliah untuk berhadapan dengan imtihan duniawi ini. Marilah kita sama-sama fikirkan sejenak mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki kita semua. Dan perlu diingatkan juga bahwa ilmu yang dipelajari bukan semata-mata untuk membawa pulang segulung ijazah atau menjadikan ilmu satu nilai taruhan bagi kita untuk mendapat jabatan yang tinggi dan pekerjaan yang sesuai , itu semua hanya hadiah dari Allah SWT .
Kelebihan menuntut ilmu
Kewajipan menuntut ilmu sebagai agenda penting umat Islam dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya yang artinya:
“Mencari ilmu adalah wajib  atas setiap Muslim dan Muslimah.”
Bertitik-tolak daripada inilah, kita berkewajiban untuk terus memelihara akal kita dengan ilmu dan pengetahuan. Sebagai hamba Allah, kita tidak seharusnya berhenti melakukannya selagi masih bernafas dan menghirup  udara segar atas  karunia Allah.
Dalam membahas soal ilmu, tidak dapat dinafikan bahwa orang berilmu mampu menguasai sesuatu masalah manusia lain yang kurang ilmunya atau tidak berilmu. Orang berilmu dalam sesuatu bidang, tidak akan bersusah payah untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya berbanding orang lain yang tidak berilmu.
Sebelum suatu langkah diambil, seseorang akan berfikir matang matang sebelum meneruskan tindakannya. Berbeda dengan orang yang tidak berilmu akan mudah terburu-buru untuk bertindak tanpa menggunakan akal fikirannya. Implikasinya, segala tindakannya itu kemungkinan akan mengundang masalah yang lebih besar.
Allah mewajibkan setiap Muslim supaya terus menuntut ilmu. Sebagai ganjarannya (bonusnya), Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada mereka .  dapat dilihat di kalangan masyarakat hari ini. Mereka yang mempunyai ilmu dan kepakaran dalam sesuatu bidang akan dihormati dan diberikan kemuliaan di dalam komuniti masyarakat ini. Kadangkala, mereka juga turut diberi kepercayaan untuk menjadi juru bicara malah menjadi pemimpin dalam suatu acara yang penting .
Bagi orang yang beriman, semakin tinggi ilmu  yang diperoleh nya akan membuat nya lebih tawadu atau merendah hati. Ia menunjukkan bahwa seseorang yang berilmu akan semakin taat kepada Tuhannya. Inilah derajat yang dimiliki oleh ilmuwan Islam atau lebih tepat lagi disebut ulama, dalam pepatah seperti padi , semakin tinggi padi itu tumbuh maka semakin tunduk .



Mengenal Mazhab Syafi’i
(Bagian Pertama)
Oleh: Salman Arif
A.    Profil Singkat Imam Syafi’i
Nama beliau adalah Abu Muhammad bin Idris bin Abbas  bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Abid bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdul Manaf. Dilahirkan pada tahun 150 H di Ghaza dan meninggal di Mesir tahun 204 H. Sejak kecil beliau telah yatim dan hanya diasuh oleh seorang ibu. Sejak umur tujuh tahun beliau telah hafal Al-Qur’an dan menyetorkan hafalannya kepada Ismail Qasthanthin. Di Makkah beliau berguru kepada banyak syaikh diantaranya; Sufyan bin Uyainah (imam ahli hadits), Muslim bin Khalid Azzanji (ahli fiqh Makkah), Said bin Salim Qaddah, Daud bin Abdurrahman Al-‘Athar, Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Daud…

Selama hidupnya, beliau banyak melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu. Beliau melakukan perjalanan ke Madinah menemui para ulama-ulama besar disana saat beliau berumur 13 tahun dan saat itu beliau telah hafal kitab Muwathatha’ Imam Malik dan sangat ingin bertemu Imam Malik secara langsung hingga akhirnya mereka berjumpa. Imam Malik meminta beliau untuk membacakan hafalannya dan ternyata Imam Malik sangat takjub akan kefasihan bacaan beliau. Dan Imam Syafi’I selalu membersamai beliau hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H.

Di Madinah beliau juga berguru kepada Ibrahim bin Said Al-Anshary, Abdul Aziz bin Darawardi, Ibrahim bin Abi Yahya Al-Aslamy, Muhammad bin Said bin Abi Fadik, Adbdullah bin Nafi’. Pada tahun 184 H untuk pertama kalinya beliau menginjakkan kaki di Baghdad. Diantara ulama yang beliau temui adalah Imam Muhammad bin Hasan, salah seorang sahabat Imam Abu Hanifah. Beliau mendalami mazhab Hanafi disana. Di Baghdad beliau juga menerima curahan ilmu dari ulama lain seperti Waqi’ bin Jarrah, Abdul Wahhab bin Abdul Mujid Assaqafy, Abu Usamah Hamad bin Usamah Al-Kufy, Ismail bin Aliyyah yang mana keempat orang tersebut merupakan para pengahafal hadits nabawi.

Setelah bermukim beberapa lama di Baghdad, Imam Syafi’I kembali ke Makkah dan membuka majlis ilmu di Masjidil Haram… pada tahun 195 H beliau kembali melakukan perjalanan ke Baghdad dan saat itu umur beliau 45 tahun dan beliau telah punya manhaj dan mazhab sendiri dalam keilmuannya.

Pada perjalalan kedua ini beliau memberilan pengaruh yang sangat kuat pada dinamika keilmuan di Baghdad. Beliau kembali ke Makkah dan tahun 198 H untuk ketiga kalinya beliau melakukan perjalanan ke Baghdad dan menyebarkan mazhabnya dan juga mencetak kader-kader ulama yang akan melanjutkan estafet ilmu disana. Juga didiriikan madrasah khusus mazhab Syafi’I dan dikenal dengan thariqat iraaqiyyin.

Selanjutnya Imam Syafi’I melakukan perjalanan ke Mesir dan beliau telah mengetahui kondisi Mesir sebelumnya. Rabi’ mengatakan bahwa, “Mereka terdiri dari 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang condong pada Imam Malik dan kelompok kedua mereka yang condong kepada Imam Abu Hanifah. ….

Beliau telah mengajarkan ilmunya kepada banyak orang dan beliau telah memiliki banyak murid di Baghdad, Mesir dan Khurasan hingga mazhab beliau sampai kepada kita saat ini.

Selama hidupnya beliau telah mengarang lebih dari 30 kitab. Sebagian besar diantaranya telah dicetak dan masih bisa kitab baca saat ini, sedangkan sebagian kecil yang lain telah hilang seiring bergulir waktu.

B.     Fase-Fase Perkembangan Mazhab Syafi’i
1.      Fasa persiapan dan pembentukan. Fase ini bermula saat meninggalnya Imam Malik pada tahun 179 H. Saat itu terjadi kevakuman selama 16 tahun sampai kedatangan Imam Syafi’I untuk kedua kalinya di Baghdad tahun 195 H.
2.      Fase munculnya mazhab lama… fase ini terjadi saat Imam Syafi’I  tiba di Baghdad tahun 195 H sampai tahun 199 H saat perjalanan beliau ke Mesir.
3.      Fase penyempurnaan mazhab baru. Fase ini terjadi sejak tahun 195 H sampai wafatnya beliau pada tahun 204 H.
4.      Fase…. Mulai sejak meninggalkannya Imam Syafi’I sampai pertengahan abad ke-5 (sebagian riwayat mengatakan sampai abad ke-7)…
5.       


Sumber: Madkhal ila Diraasah Al-Mazhab Al-Fiqhiyyah, Dr. Ali Jumah Muhammad


Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget