Halloween Costume ideas 2015

Ranah Akidah Sebagai Titik Pijak Kritik Wacana Ekstrem Islam Oleh; Mahfud Washim

Ranah Akidah Sebagai Titik Pijak Kritik Wacana Ekstrem Islam
Oleh; Mahfud Washim
Beberapa dari hikmah perkataan ulama bisa dikeluarkan lewat berbagai cara. Kembali lagi penulis mencoba mngambil sisi hikmah dari kalam Syekh Usama Sayyid al-Azhari. Dalam bukunya yang berjudul; Al-Haqq al-Mubîn fî ar-Radd ‘alâ Man Talâ’aba bi’d-Dîn Beliau mencoba memberikan kalam hikmah dengan mencoba mengkritik pemikiran Sayyid Quthb. Sekarang penulis mencoba mengambil contoh dari ranah akidah. Penulis mengkerucut ke dua bab pembahasan bab Al-Hâkimiyyah dan Mafhûm al-Jâhiliyyah. Akan kita lihat bagaimana nas agama sebagai media penghubung memainkan perannya dalam logika ekstrem dan propagandanya.
Ini bermula dari pencampuran-adukkan esensi akidah (yang bersifat pembenaran hati) dengan hakikat syariah (pembuktian perbuatan).
إن حدود العقيدة تتسع وتترامى حتى تتناول كل جانب من جوانب الحياة
Sehingga dengan berani Sayyid Quthb menafsirkan secara keliru ayat berikut
ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون
Menurut Syekh Usama al-Azhari, Sayyid Quthb berpendapat (mengikuti doktrin Abu al-A’la al-Maududi, bahkan sekte Khawarij jauh sebelumnya) mengkafirkan seseorang sebab tidak mengamalkan hukum-hukum syariah, meskipun meyakini bahwasanya ia benar, bahwa ia wahyu dari Allah swt. sampaipun meskipun ia dalam keadaan tidak mampu memberlakukannya karena adanya suatu penghalang. Pendapat ini sangat aneh, berangkat dari konsep al-hâkimiyyahdijadikan masuk pondasi keimanan. Inilah mazhab Khawarij. Sayyid Quthb berkata dalam Zhilâl Al-Qurân, sebagaimana dikutip Syekh Usamah Al-Azhari,
وقضية الحاكمية بكل فروعها في الإسلام هي قضية عقيدة كما أن قضية الأخلاق بجملتها هى قضية عقيدة.
Menurut beliau, konsep ini pengembangan dari wacana Hasan Al-Banna sebelumnya:
والحكم معدود في كتبنا الفقهية من العقائد والأصول لا من الفقهيات والفروع
Penafsiran model begini kemudian mampu menjadi propaganda dan mobilisasi massa yang fatal, yang berujung pengkafiran. Kata Syekh Usamah Al-Azhari:
ويترتب على ذلك اعتبار مسائل الحكم عقيدة واعتبار تدابير السياسة وإجراءات الوصول للحكم عقيدة فتكتسب قوة العقيدة مما يتولد عنه الإستماتة في الوصول للحكم لأن الذي تم غرسه في العقل أنها اعتقاد كما أنه ينشأ عن ذلك سهولة تكفير المخالف سياسيا لأنه في نظرهم نازعهم في أمر اعتقادي.
Menurut Dr. Usamah, pandangan semacam ini juga ada kemiripan dengan Syiah yang mana menjadikan konsep Imamah sebagai bagian dari akidah yang ushul, bukan fikih yang furu’. Sementara Aswaja, menganggapnya furu’ dalam praktek politiknya. Ini juga membenarkan kesimpulan Dr. Abdurrazzaq as-Sanhuri, Bapak Undang-undang Modern, penulis buku terkenal (yang kemudian diterjemahkan ke Arab) Fiqh al-Khilâfah wa Tathawwuruhâ, bahwa Khawarij sebenarnya juga mengejar kekuasaan, meskipun secara resmi tidak mewajibkan berdirinya suatu pemerintahan atau khilafah. Realitas kehidupan riil mereka sendiri juga menerapkan model kepemimpinan yang sangat ketat. Inilah kontradiksi Khawarij menurut As-Sanhuri.
Sementara dalam bab Mafhûm al-Jâhiliyyah,disebutkan bahwa Sayyid Quthb memberi batasan definitif yang aneh dalam Fî Zhilâl al-Qurân, bahwa al-Jâhiliyyah yang dimaksud adalah yang membatalkan keislaman seseorang bahkan masyarakat luas. Ia menganggapnya sebagai masa yang berlaku selamanya, sebelum dan sesudah cahaya Islam datang, selagi tidak berhukum dengan hukum Islam versi dia, dengan alasan apapun.
إن الجاهلية ليست فترة ماضية من فترات التاريخ. إنما الجاهلية كل منهج تتمثل فيه عبودية البشر للبشر وهذه الخاصية تتمثل اليوم في كل مناهج الأرض بلا استثناء، ففي كل المناهج التي تعتنقها البشرية اليوم يأخذ البشر عن بشر مثلهم: التصورات والمبادئ والموازين والقيم والشرائع والقوانين والأوضاع والتقاليد .
والجاهلية ليست فترة تاريخية إنما هى حالة توجد كلما وجدت مقوماتها في وضع أو نظام وهى في صميمها الرجوع بالحكم والتشريع إلى أهواء البشر.
إن الجاهلية في ضوء هذا النص ليست فترة من الزمان ولكنها وضع من الأوضاع . هذا الوضع يوجد بالأمس ويوجد اليوم ويوجد غدا فيأخذ صفة الجاهلية المقابلة للإسلام والمناقضة للإسلام.
Gambaran semacam ini tentu menghasilkan keadaan genting dan darurat iman, bahwa keimanan dan keislaman masyarakat muslim hilang dari muka bumi. Ini tentu saja merobohkan pondasi Islam, menghancurkan Ijmak Muslimin yang ma’shum. Bertentangan dengan hadis Nabi saw. Dalam Shahih al-Bukhari dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasul saw. bersabda:
إني لست أخشى عليكم أن تشركوا ولكني أخشى عليكم الدنيا أن تنافسوها
(Sesungguhnya aku tidak takutkan kalian akan musyrik (kembali), tetapi aku takutkan kalian mengejar-ngejar dunia.)
Juga hadits lain yang menjadi kehujjahan Ijmak:
لا تجتمع أمتي على ضلالة
(Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan.)
Akhirnya penulis lebih meng-amini apa yang dituliskan Dr. Usamah Sayyid al-Azhari. Sebab dari buku beliau menampilkan sudut pandang berbeda. Sudut pandang agama. Alasannya bisa jadi itulah medium penghubung keberhasilan propaganda ekstremisme dan radikalisme. Tanpa nas-nas agama, propaganda dan teror massif tak akan berhasil. Nas-nas agama ini dimanfaatkan untuk menghubungkan agenda politik yang tersembunyi dengan propaganda dan mobilisasi verbal di kalangan massa. Fungsi medium nas agama semacam ini menjadi begitu penting karenanya.
Sehingga apa yang bisa dinilai dari karya beliau ini adalah pembahasan yang hangat dengan analisis yang ilmiah namun tetap enak dibaca. Kritikan beliau yang kadang tajam, bagi penulis, tidak bisa melupakan niat baik beliau ingin yang terbaik dari umat Islam. Beliau pun memberi petunjuk kekeliruan-kekeliruan mereka secara ilmiah, tidak menyalahkan secara personal.


Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget