Halloween Costume ideas 2015

Mutiara Kata dari Badiuzzaman Said Nursi

Mutiara Kata dari Badiuzzaman Said Nursi
Ahyar Mutiara 

            Berbicara tentang seorang ulama membutuhkan sebuah pola pikir yang tenang, tidak sembarang mengutip tidak pula sembarang mengkritik apakah dia adalah seorang ahli tahajjud, bermoral tinggi, bersosial ramah, atau berperilaku menyimpang. didalam pembahasan ilmu hadis, seoarang alim yang terpuji hanya bisa dinilai oleh orang terpuji, seorang alim yang tingkat keterpujiannya kurang dhabit (sempurna) baik itu dari segi keadilan, dalam menyampaikan atau menerima sebuah sebuah hadis pun hanya bisa dinilai oleh seoarang alim yang terpuji juga.
            Sepanjang sejarah Islam, ulama terbagi menjadi dua bagian. Ulama salaf dan khalaf, ulama salaf adalah hidup dimasa sebelum abad III hijriah, yaitu pada masa 4 imam mazhab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal, adapun ulama khalaf hidup setelah abad III hijriah setelah. Seperti imam Bukhari, Imam Muslim dan ulama-ulama setelahnya.
            Ada pertanyaan dibenak saya siapakah Said Nursi??
            Ketika kita kembali ke pembagian ulama maka beliau bisa dikelompokkan dan dikategorikan dalam ulama khalaf, karna beliau hidup setelah abad III hijriah.
            Pertama kali mengenal beliau ialah saat seorang senior mengajak saya berkunjung ke asrama tajammu' awwal. Banyak mahasiswa dari indonesia yang tinggal diasrama ini sehingga memudahkan saya berkunjung dilain waktu. Saat pertama kali membaca salah satu karya beliau yang berjudul al-Kalimat, saya belum mampu memahami kata perkata dari karangannya. meskipun karyanya berbahasa arab, kalimatnya terasa asing bagi saya sehingga pada saat itu saya kadang tidak mengikuti majlis ilmunya. disamping itu penasaran saya bertambah dan beranya siapakah beliau? saat itu ada teman meminjamkan sebuah novel karya kang abik yang berjudul api tauhid. nah di dalam novel ini menceritakan perjalanan spiritual sang keajaiban zaman Said Nursi. tapi saya merasa masih novel ini kurang memuaskan bagi saya. jadi untuk memantapkan pengetahuan tentang Said Nursi saya mengikuti pengajiannya. ini sedikit cerita dari sya mengenai sang keajaiban zaman di abad 19.
            Said Nursi lahir di daerah Nurs, Turki Usmani pada tahun 1876 dan wafat pada 1960. Selama 84 tahun masa hidupnya, Said Nursi menyaksikan banyak peristiwa penting dalam sejarah islam, mulai dari rapuhnya kerajaan Islam yang terakhir hingga jatuh dan berubah menjadi republik sekuler. Said Nursi menggolongkan dirinya menjadi dua Said, yaitu Said Lama dan Said Baru.
            Beliau berkata: Said lama bersama dengan sekelompok pemikir menerima sebagian prinsip-prinsip filsafat manusia (sebagaimana dipertentangkan dengan pengetahuan wahyu) dan ilmu pengetahuan Eropa dan memerangi mereka dengan senjata-senjata mereka sendiri, mereka mengakui prinsip-prinsip itu hingga pada tingkat tertentu. mereka menerima tanpa protes sejumlah prinsip mereka yang berbentuk ilmu-ilmu positif dan tidak bisa menunjukkan kebenaran sejati islam. sederhananya, mereka menganggap akar-akar filsafat itu begitu dalam dan mencangkokkan cabang-cabangnya ke tubuh islam, seolah-olah mereka bisa memperkuat islam. tetapi karena hasilnya cuman sedikit dan filsafat tersebut merendahkan islam, maka saya (Said Nursi) menghentikan sikap itu. dan saya menunjukkan (dalam risalah al-nur) bahwa prinsip-prinsip islam begitu dalam sehingga prinsip-prinsip filsafat tidak bisa menjangkau mereka, bahkan mereka tetap dangkal di samping prinsip-prinsip islam.
           
            setelah dikuasai oleh kesadaran akan usianya yang semakin bertambah (usianya belum genap 45 tahun) dan sifat cepat bosannya dalam segala hal, nursi tidak mendapatkan cahaya, tidak mendapatkan harapan dari pegetahuannya. "kegelapan spiritual yang terbit dari ilmu-ilmu filsafat itu menceburkan jiwa saya kedalam semesta, membuatnya sesak. kemana pun sya mencari cahaya, saya tidak bisa mendapatkan cahaya yang menjelaskan persoalan-persoalan itu, saya tidak bisa bernafas.
            enam puluh tahun lalu, saya mencari sebuah cara untuk mencapai kenyataan yang tepat untuk masa kini. maksudnya, saya mencari sebuah cara singkat untuk mendapatkan iman yang kokoh dan pemahaman yang lengkap tentang Islam yang tidak akan tergoyahkan oleh serangan-serangan dari berbagai aliran yang merusak. Pertama-tama, saya kembali ke cara para filsuf, saya ingin mencapai kebenaran hanya dengan akal budi. tetapi saya hanya bisa mencapainya dua kali, itu pun dengan sangat sulit. kemudian saya memperhatikan dan melihat bahwa bahkan orang yang paling jenius di antara seluruh umat manusia hanya bisa melakukannya separuh jalan, dan satu dua orang saja yang bisa mencapai kebenaran hanya dengan menggunakan akal budi. maka saya mencoba meyakini bahwa sebuah cara yang bahkan tidak mampu mereka tempuh itu tidak bisa dijjadikan lebih umum lagi, dan saya menyerah. kemudian saya kembali ke cara kaum Sufi dan mempelajarinya. saya melihat bahwa cara ini benar-benar bersinar dan memancar, tetapi dibutuhkan kewaspadaan yang amat sangat. hanya yang paling unggul diantara golongan atas saja yang bisa menempuh jalan ini. maka, setelah memutuskan bahwa ini tidak bisa menjadi cara yang bisa ditempuh semua orang, saya mencari  pertolongan dari al-Qur'an dan syukurlah, saya mendapat limpahan Risalah al-Nur. yaitu sebuah cara yang singkat dan aman yang diilhami al-Qur'an bagi kaum mukminin pada maa kini.
            penulis akan mengutip sedikit dari mutiara perkataan Said Nursi tentang pentingnya keikhlasan.
            Said Nursi: wahai saudara-saudara seagama, wahai teman-teman yang mengabdikan diri kepada al-Qur'an, ketahuilah bahwa ikhlas adalah amal, apalagi amal ukhrawi merupakan landasan paling penting, kekuatan paling besar, penolong yang paling bisa diharapkan, sandaran yang paling kokoh, jalan paling singkat menuju kebenaran, seruan paling benar, sarana paling mulia, perangai yang paling utama serta pengabdian yang paling suci. karena ikhlas merupakan cahaya yang bersinar terang dan merupakan kekuatan kokoh seperti yang disebutkan di atas, juga karena karunia ilahi telah membebani kita dengan tugas suci dan berat, serta pengabdian yang agung, yaitu tugas keimanan dan mendakwahkan al-Qur'an. sementara jumlah kita sangat sedikit, lemah dan papa, lalu kita menghadapi musuh yang kuat dan berbagai kesulitan, ditambah lagi dengan banyaknya bid'ah dan kesesatan yang mengepung kita dimasa sulit ini, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali mengerahkan segala upaya dan kemampuan untuk bisa ikhlas. kita betul-betul harus bersikap ikhlas. bahkan hal itu menjadi keharusan. yang paling kita butuhkan sekarang adalah bagaimana menguatkan keikhlasan dalam diri kita. jika tidak, semua tugas suci yang kita lakukan akan menjadi sia-sia. pengabdian kita tidak akan bertahan lama. lalu kita pun akan dihisab dengan hisab yang sulit sebab, kita termasuk orang yang diancam Tuhan dengan firmannya.
(wa la tastaru biaayati samanan qalilah. al-Baqarah:41)
janganlah kalian menukar ayat-ayatku dengan harga yang rendah.
            Hal itu karena kita tidak bersikap ikhlas hingga merusak kebahagian abadi hanya dengan keinginan duniawi yang hina, rendah, berbahaya, kotor dan tidak berguna, serta demi keuntungan pribadiyang tidak ada artinya seperti kagum terhadap diri sendiri dan riya. selain itu kita termasuk orang yang melanggar hak-hak saudara kita sendiri dalam mengabdi, melanggar prinsip pengabdian dalam al-Qur'an, serta termasuk orang yang kurang adab dengan tidak menghormati kesucian dan ketinggian hakikat keimanan.
            Wahai saudara-saudaraku, bebagai urusan penting yang menuju kepada kebaikan dan berbagai langkah mulia yang menuju kepada kemaslahatan akan selalu dihadang oleh banyak penghalang dan rintangan berbahaya. Setan bersungguh-sungguh dan tekun dalam menghalangi dakwah suci tersebut. karenanya, perlu bersandar pada keikhlasan untuk mengusir rintangan setan tadi. maka itu wahai saudara-saudaraku hindarkanlah berbagai hal yang bisa mengotori keikhlasan sebagaimana engkau menghindari kalajengking dan ular. sama sekali jangan percaya dan berpegang pada nafsu yang memerintahkaan kepada keburukan. Al-Qur'an telah menegaskan hal itu lewat lisan Nabi Yusuf as.
(in ajriya illa allallah. yunus:72)
saya tidak membebaskan diriku dari kesalahan. sebab sesungguhnya nafsu itu selalu memerintahkan kepada keburukan, kecuali dikasihi oleh Allah.
            mungkin ini cukup menjadi penenang bagi para pembaca

            Wassalam

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget