Halloween Costume ideas 2015

Biografi Tokoh-Tokoh Filsafat Islam oleh Bayu Pramestai

Biografi Tokoh-Tokoh Filsafat Islam


            Ilmu Filsafat Islam,terlepas dari semua kekontroversiannya, adalah sebuah cabang ilmu yang ada hingga zaman sekarang. Sejarah  ilmuFilsafat Islam dimulai sejak  zaman Khalifah yang ke-dua Dinasti 'Abbasiyyah yaitu Abu Ja'far Almansur, yang mebangun “Baitul Hikmah” di Bagdad. “ Baitul Hikmah” ada markaz tempat menterjemahkan buku-buku berbahasa Yunani menjadi bahasa Arab. Termasuk buku-buku filsafat Yunani. Yang mana berhasil diselesaikan pada masa Khalifah yang ke-tujuh, Khalifah Al-Makmuun. Berikut adalah biografi tokoh-tokoh Fiksafat Islam.

A. Al-Kindi ( 188 H – 260 H )

            Abu yusuf Ya'qub Al-Kindi, dilahirkan di Kufah. Ayahnya adalah seorang pejabat pada masa pemerintahan Khalifah Harun Arrasyid. Dia dipanggil dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu kabilah Arab Kindah. Dia dijuluki filsuf Arab karena dialah filsuf muslim pertama. Barangkali juga karena dialah satu-satunya diantara sekian banyak filsuf muslim yang tidak diragukan kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literatur Barat telah menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun literatur Barat saat ini menulis dengan namanya yang benar, yaitu Al-Kindi.

Kehidupan dan Pendidikannya

Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah bersama kedua orang tuanya. Ketika Al-Kindi masih anak-anak, ayahnya meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak mengendorkan semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan Baghdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsasat, logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran dan tekhnik mesin.

Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para ilmuwan lain yang hidup pada masanya. Kejeniusan dan kemampuannya dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian orang-orang yang dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-Kindi dipenjara, dicambuk dan diboikot. Anehnya, diantara mereka juga ada yang menjelek-jelekkan prilakunya dan mengklaimnya sebagai orang pelit.

Dalam bidang penguasaan bahasa asing, Al-Kindi menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Yunani dan Suryani. Ada yang mengatakan bahwa dia juga mengusai bahasa asing lainnya. Penguasaannya terhadap berbagai bahasa inilah yang telah membantunya menguasai berbagai macam ilmu dan menadikannya sangat berpengaruh bagi Khalifah Al-Ma'mun, sehingga dia mengangkatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang dianggap penting.

Penemuan Ilmiah dan Pemikiran Al-Kindi

Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Dia memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para ilmuwan besar lainnya sepanjang sejarah. Kalau saja dia tidak hidup pada masa itu, barangkali peradaban Islam tidak akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul Haitsam, Al-Biruni, Al-Karakhi dan Ibnu Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkembangan peradaban terjadi karena pergerakan yang selalu bertambah atau dengan kata lain ada kerja berkesinambungan yang terus-menerus dilakukan antar generasi. Sebagaimana pada saat itu, Arab tidak memiliki karya besar terjemah sebelumnya. Al-Kindi termasuk ilmuwan yang hidup pada masa pergerakan terjemah, dan dia sendiri adalah seorang penerjemah. Para penerjemah buku-buku Al-Kindi mengatakan bahwa kumpulan buku-buku yang dikarang olehnya dalam bidang filsafat, logika dan berbagai macam ilmu lainnya, jumlahnya mencapai dua ratus buku. Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm" bahwa buku yang dikarang Al-Kindi mencapai 230 buku.

Karya Bidang Ilmu Logika dan Filsafat

Al-Kindi mendalami filsafat Yunani dan menerjemah sebagian buku-bukunya, menambah dengan keterangan dan komentar yang menunjukkan pada kemampuannya yang sangat besar dalam bidang itu. Kenyataan inilah yang membuat Khalifah Al-Ma'mun memberikan tugas kepadanya untuk menerjemahkan buku-buku karangan Aristoteles. Dia juga menguasai pemikiran dan filsafat Persia dan India. Dia menelusuri metode filsafat dan logika matematika sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf Yunani.

Hubungan Al-Kindi yang kuat dengan filsafat memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan pemikiran ilmiahnya. Al-Kindi menolak segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam dan berusaha untuk memadukan antara filsafat dan pemikiran Islam.

Mengingat penjelasan secara detil tentang peranan Al-Kindi dalam bidang filsafat dan karya-karyanya yang tidak sepenuhnya menjadi fokus utama pembahasan buku ini, maka kami cukup memberitahukan bahwa karya Al-Kindi dalam bidang filsafat berjumlah sebanyak 22 buku.

Hilangnya Buku-buku Al-Kindi

Ya'qub Al-Kindi memiliki lebih dari dua ratus buku yang dikarangnya. Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm wa Daur Al-Arab fi Taqaddumihi" bahwa buku karangan Al-Kindi lebih dari 230 buku. Akan tetapi yang sangat disayangkan, kebanyakan dari buku-buku ini hilang dan tidak sampai ke tangan kita kecuali judul judulnya saja yang diberitahukan oleh penerjemahnya kepada kita.

Pemikiran Ilmiah Al-Kindi

Secara global, fenomena pemikiran ilmiah Al-Kindi dan indikator yang menunjukkan pada keistimewaannya adalah sebagai berikut:
Dia termasuk diantara para ilmuwan pertama yang berpedoman pada metode eksprimen sebagai suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Dalam hal ini, kami telah memaparkan pengakuan ilmuwan Belanda, De Bour.
Dia mengetahui peranan ilmu matematika dalam membangun akal dan melatihnya untuk konsisten dengan kebiasaan berpikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata, "Filsafat tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika."
Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan pemikiran tidak akan benar kecuali setelah melalui proses pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata, "Kebenaran yang sempurna tidak akan didapat oleh seseorang, karena ia akan sempurna secara bertahap dengan disempurnakan oleh para generasi pemikir."
Sebagai ilmuwan yang memiliki jiwa sehat, dia mengingkari pengaruh bintang-bintang kepada keadaan manusia dan membantah perkataan paranormal tentang pergerakan benda-benda langit. Sekalipun demikian, dia termasuk pemerhati astronomi sebagai salah satu ilmu pengetahuan alam dan mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai kehidupan manusia.
Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya secara ilmiah, yaitu pada bidang industri dan pengobatan. Dia menolak pemanfaatannya sebagai cara untuk merubah logam yang murah menjadi emas. Menurutnya, pekerjaan seperti ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang tidak banyak manfaatnya.

Wafat


Menurut pendapat Al-Khalili, Al-Kindi wafat pada tahun 260 H (874). Sedangkan menurut sumber lain, dia wafat pada tahun 260 H (874 M). Ada juga yang mengatakan bahwa dia wafat pada tahun 252 H (866 M)

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget