Halloween Costume ideas 2015

Kemunduran umat islam Oleh : Muhammad Ali Maksum

Kemunduran umat islamOleh : Muhammad Ali Maksum
Pada dasarnya umat islam memiliki banyak pedoman hidup, dasar – dasar
berpikir yang baik, juga komponen – komponen kebaikan dan kebenaran.
Praktik – praktik ajaran islam yang sejati pada zaman Nabi, Sahabat, Tabi’in dan
zaman sesudahnya hingga beberapa ratus kemudian telah sering kita baca dan
kita dengar. Tapi entah kini seakan – akan umat islam begitu sulit untuk
dijadikan teladan, begitu sulit untuk mengatakan nilai – nilai islam itu benar ,
begitu sulit mengatakan islam itu mempersatukan dan bukan mencerai beraikan,
begitu sulit mengatakan islam itu agama kasih sayang, begitu sulit mengatakan
islam itu kedamaian bukan kehancuran. Lantas dimana letak kesalahannya ?
apakah diajarannya ? atau apakah pada pemeluknya?
Umat Islam banyak mengalami kemunduran dan kekalahan tanpa mereka
sadari, tanpa ada upaya memperbaiki diri, tanpa ada kemauan untuk mencari
tahu faktor-faktor kemenangan dan sebab-sebab kekalahan,
Sebab-sebab
Kemunduran dan Gagasan Pembaharuan Islam :
Menurut al-Afghani terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran
umat Islam, yakni:
Ditinggalkannya akhlak yang tinggi oleh umat Islam sendiri;Dilupakannya ilmu pengetahuan, sehingga menyebabkan umat Islam
berpikir secara taklid. Faktor terakhir ini ditambah dengan adanya paham
Jabariyyah dan salah mengerti akan
qada’ (ketentuan) Allah. Menurutnya
qada’ Allah harus dipahami secara kausalitas. Sedangkan dalam hal
berpikir, umat Islam harus melakukannya menurut kaidah-kaidah yang
rasional. Bagi al-Afhani, kemajuan dan kejayaan suatu bangsa hanya dapat
dicapai dengan mendasarkannya pada pemikiran rasional, dan inilah yang
telah dilakukan umat Islam terdahulu sehingga bisa mendapatkan
kejayaannya.
Adanya perpecahan di kalangan umat Islam sendiri. Perpecahan ini
menyebabkan lemahnya rasa ukhuwah Islamiyah di antara mereka.
Ditambah lagi dengan kurangnya pertahanan militer, menyebabkan umat

Islam tidak berdaya menghadapi invasi asing (Barat) yang kemudian
hanya memperdalam kemunduran.
Kemudian menurut al-Afghani solusi yang tepat untuk mengatasi kemunduran
yang sedang melanda umat Islam pada masanya,
“hanyalah dengan kembali ke dasar-dasar agamanya, dan
mengikuti ajaran-ajarannya, menurut apa yang ada permulaan
agama itu, serta dengan memberi penerangan kepada umum
dengan ajaran-ajaran agama yang sempurna, sambil membersihkan
hati dan mendidik akhlak; serta menyalakan kembali api semangat,
menyatukan tekad, dan mengorbankan jiwa, demi kemuliaan
ummat”.
Kemudian, di samping penekanan yang kuat pada aspek politik,
perhatian utama al-Afghani adalah masalah ilmu pengetahuan. Berbeda
dengan banyak pembaharu dari India, al-Afghani menolak penerimaan
ide-ide Barat tanpa ada upaya kritik dan mengadaptasikannya demi
kebutuhan umat Islam. Gagasan itu baginya seperti orang yang
menyuapkan makanan lezat kepada bayi
“padahal ia masih menyusu yang tidak menginginkan kelezatan
(makanan) karena masih pada usia susu dan tidak menerima
makanan selain susu, sehingga bayi itupun segera terserang
penyakit, dan berakhir dengan kebinasaan”.
Ilmu pengetahuan diakuinya sebagai sumber kekuatan dan kekuasaan
suatu bangsa. Menurutnya,
“seluruh dunia kemanusiaan itu adalah suatu dunia industri,
dalam arti bahwa dunia itu merupakan dunia ilmu. Jika ilmu
terlepas dari jangkauan manusia, tak seorang pun mampu berada
di dunia ini…”
Untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang pengetahuan ini umat Islam
harus mengutamakan filsafat. Hal ini karena di samping studi filsafat
bersifat universal, juga karena filsafat memiliki jiwa yang utuh dan
menempati jenjang teratas dalam menciptakan kekuatan. Filsafat mampu
menunjukkan kebutuhan mendasar dan ilmu-ilmu apa yang diperlukan
manusia, serta menempatkan ilmu pada tempatnya yang tepat.
Selanjutnya,
“Jika suatu masyarakat tidak menguasai filsafat, dan setiap
individu yang ada dalam lingkungan masyarakat itu hanya
dibekali dengan ilmu-ilmu tentang bidang-bidang tertentu, ilmuilmu itu tidak akan mampu bertahan di dalam masyarakat itu
selama satu abad, atau seratus tahun saja. Masyarakat itu dengan
tidak adanya bimbingan filsafat tidak akan mampu menarik
kesimpulan dari ilmu-ilmu ini…
Saya berani mengatakan bahwa jika semangat filsafat itu terdapat

di dalam masyarakat, walaupun masyarakat itu tidak menguasai
salah satu ilmu yang membicarakan permasalahan tertentu itu,
tidak dapat diragukan bahwa semangat filsafat mereka akan
mengundang minat mereka untuk mengenali semua ilmu itu”.
Kemerosotan politik dan perpecahan yang melanda negara-negara Islam
menurut al-Afghani disebabkan karena para penguasanya menyimpang
dari prinsip-prinsip kokoh yang melandasi Islam dan ketidakmauan
mereka meneladani jalan para penguasa untuk tetap berada di jalan yang
lurus. Untuk mengatasi hal ini, al-Afghani menawarkan solusinya dengan
pertama-tama menekankan ikatan keagamaan. Ikatan selain keagamaan
ditolaknya, karena hanya dengan ikatan keagamaan itulah maka ikatan
yang sempit ditinggalkan dan mengikatkan diri pada yang universal.
Sebagai pendasaran dikutipnya hadits Nabi SAW:
“Solidaritas kesukuan tidak boleh ada di antara kita; dan tidak
boleh ada di antara orang-orang (penganut-penganut) kita yang
terikat karena agama; dan tidak boleh ada di antara mereka yang
meninggal dalam keadaan bukan mu’min”.
Al-Afghani juga mengutip ayat,“Orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah yang
paling taat (bertaqwa) kepadanya-Nya” (QS.
31:64).  

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget