Halloween Costume ideas 2015

Ilmu Arudh Oleh: Syukron Sayidil Ansor

Ilmu Arudh[1]
Oleh: Syukron Sayidil Ansor[2]

Mengagumkan. Dengan hanya mendengarkan beberapa denting besi, beliau dapat menciptakan sebuah metode musikalisasi, rima, ritme, bahkan imajinasi seorang penyair untuk membentuk sebuah puisi yang berhasil. Walaupun dengan berbagai pendapat mewarnai akan objek yang menjadi penemuan metode ini, justru hal terebut membuat perbincangan lebih menarik. Meskipun demikian, bukan dalam hal bagaimana ia menciptakannya- kerena layaknya seorang seniman yang memiliki dunia sendiri untuk melahirkan karyanya, maka takan pernah selesai menyingkapnya- melainkan seperti apa metode yang mampu membaca sebuah karya puisi Arab dianggap sehat atau tidak, sukses atau gagal.
Ilmu Arudh adalah metode yang saya bicarakan di atas. Ilmu Arudh adalah metode untuk menyelamatkan karya seorang penyair. Ilmu Arudh adalah barometer puisi Arab, mengetahui berhasil atau tidaknya sebuah puisi Arab dengan menggunakan Taf’ilatatau bentuk kalimat dalam tiap diksi pembentuk puisi.
Imam Khalil bin Ahmad diyakini sebagai pencipta ilmu ini. Pasalnya sebelum tahun 100 H dimana ia dilahirkan di Bashrah, belum ada metode yang dapat menjadi tolak ukur sebuah puisi Arab. Dorongan akan banyaknya expansi islam saat itu, menimbulkan kehawatiran akan kemurnian bahasa Arab terancam. Berbagai alat barometer bahasa pun diciptakan. Imam Sibawaih-muridnya sendiri- mampu membuat hal menarik dan lebih bayak perhatian padanya. Sehingga al-Khalil pergi haji, dan sepulangnya Imam Khalil dari Makkah, ia membawa sesuatu yang baru dan menarik.
Tercatat dalam sebuah puisi:
علم الخليل رحمة الله عليه # سببه ميل الورى لسيبويه
فخرج الأمام يسعى للحرم # يسأل رب البيت من بيت الكرم
فزاده علم العروض فانتشر # بين الورى فأقبلت له البشر


“Ilmunya al-Khalîl (semoga rahmat Allah selalu diberikan kepadanya),
penyebabnya adalah tertariknya masyarakat terhadap Sîbaweh.
Maka al-Imam pun pergi bersa’i ke masjid al-Haram, memohon limpahan karunia
dari penguasa al-Bait.
Ilmu ‘arûdh menjadi tambahan ilmunya. Ilmu ini pun tersebar dan diterima di
kalangan masyarakat”.
            Ada kisah menarik yang saya temukan dalam bahan pembelajaran ilmu ini. Yaitu diceritakan bahwa setelah ia menyelesaikan haji wada’, disebuah jalan ia menjumpai orang tua melantunkan bait yang berbunyi:
نعم لا نعم لا لا نعم لا نعم لا لا # نعم لا نعم لا لا نعم لا نعم لا لا      
Lantas al-Khalil bertanya, “apa yang anda tuturkan pada anak anda?” ia menjawab, “ini adalah sebuah ilmu dari nenek moyang kami, kami menyebutnya Tanghim atau berdendang”.
Dapat saya tegaskan bahwa manfaat ilmu ini sangat besar bagi pecinta dan pelajar bahasa Arab. Disamping objek kaji ilmu ini yang harus dikuasai-yaitu syi’ir Arab dari segi wazannya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya, baik perubahan yang diperbolehkan ataupun yang terlarang-, juga banyak manfaat lain yang akan diperoleh, diantaranya:
- Dapat membedakan syi’ir dengan natsar.
- Dapat menghindari campur aduknya bahar-bahar syi’ir satu sama lainnya.
- Dapat menghindari kejanggalan wazan dengan perubahan yang terlarang.
- Dapat membedakan wazan-wazan yang benar dengan yang salah.
           
           



[1] Esay ini didapatkan dari pemahaman diktat Fakultas Bahasa Arab prodi Bahasa dan Sastra Universitas Al-Azhar
[2] Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget