Halloween Costume ideas 2015

Penempatan Baitul Haram (Ka’bah) Sebagai Qiblat Oleh Muhammad Mujib


Penempatan Baitul Haram (Ka’bah) Sebagai Qiblat
Dalam ajaran agama seseorang dituntut untuk menghambakan dirinya kepada tuhan secara total, hal tersebut adalah kewajiban manusia untuk mendapatkan hak dari tuhannya. Wujud penghambaan tersebut termanifestasi dalam serangkaian ritual yang boleh jadi difahami secara sederhana maupun dianggap sebagai sebuah ritual belaka.
Dalam islam penghambaan tersebut mengarah pada satu titik dimana tuhan memerintahkan hambanya untuk menghadapkan seluruh jiwa dan raganya, ialah qiblat. Dalam sejarah agama islam, awal mulanya qiblat berada di masjid Al-Aqsha lalu saat tuhan memerintahkan nabinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berhalu-qiblat menuju masjidil haram di makkah, ka’bah menjadi pilihan-Nya untuk seluruh hambanya.
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 96  :
(إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ)
Yang artinya : sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya Al-Ahkam menuturkan tentang sebab turunya ayat ini, dari seorang sahabat bernama Mujahid berkata “kaum muslim dan kafir saling berbangga-bangga, kaum kafir berkata : Baitul Maqdis lebih mulia dan agung dibandingkan Ka’bah karna Baitul Maqdis adalah tempat para nabi dan tanah yang suci. Kemudian kaum muslim menjawab : Ka’bah lah yang lebih utama.” Maka kemudian Allah turunkan ayat ini.
Imam Ar-Rozi menuturkan : ketika Allah merubah arah qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, kaum Yahudi mencibir dan tidak mengakui akan kenabian nabi Muhammad sallaallahu alaihi wasallam, mereka berkata “Sesungguhnya Baitul Maqdis lebih utama daripada Ka’bah dan lebih pantas menjadi qiblat, karna Baitul Maqdis terlebih dahulu dibangun sebelum Ka’bah, dan merupakan qiblat seluruh para nabi terdahulu oleh sebab itu perpindahan qiblat ke Ka’bah adalah batil” maka kemudian Allah berfirman :إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ.
Beliau  juga menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِmemungkinkan bahwasanya Ka’bah adalah tempat yang pertama kali dibangun, atau adanya Ka’bah adalah tempat yang penuh berkah.

Kata بَكَّةَ dalam ayat diatas mengandung arti Makkah, disebutkan juga bahwa orang arab seringkali mengganti huruf mim(م)  dengan huruf ba (ب) contohnya seperti : لازب menjadi لازم, kemudian دائم menjadi دائب dan راتب menjadi راتم. Kata مُبَارَكًا mengandung arti berkah, berkah juga dimaknai sebagai sesuatu yang bertambah atau banyaknya kebaikan. Kata هُدًى mempunyai arti hidayah atau petunjuk.
Dua dari tiga suku kata diatas maka kita bisa menyimpulkan bahwa Baitul Haram atau Ka’bah mempunyai keberkahan tersendiri dan juga tempat yang insyaallah mengandung hidayah atau petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala.
Prof. Sayyid Ismail Ali Sulaiman menjelaskan bahwa Ka’bah adalah Bangunan yang pertama kali didirikan sebagai tempat ibadah bagi umat manusia. Dan dibangun pertama kali oleh nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan anaknya Ismail ‘alaihi salam yang awalnya sebagai tempat berkumpul dan tempat berlindung. Kemudian setelah itu dibangunlah Masjid Al-Aqsha (Baitul Maqdis) setelah beberapa kurun waktu oleh nabi Sulaiman alaihi salam dan dijadikan sebagai tempat ibadah serta qiblat.
Dalam sejarah dicatat bahwa pada bulan Rajab tahun kedua hijrah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah tahun terjadinya perpindahan qiblat dari masjid Al-Aqsha ke Ka’bah. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ketika di Makkah sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat menghadap Baitul Maqdis. Meskipun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di Makkah menghadap Baitul Maqdis bukan berarti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membelakangi Ka’bah. Namun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil posisi supaya Ka’bah berada di tengah antara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Baitul Maqdis. Dengan demikian, Ka’bah tetap berada di depan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meski beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap Baitul Maqdis.
Diriwayatkan juga oleh Imam Bukhori dalam sohihnya dari sahabat Al Barra’, Bahwasanya Rasulullah SAW shalat ke arah Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan, beliau pun heran kalau qiblatnya Baitul Maqdis, sebelum ka’bah dan shalat yang pertama menghadap ke ka’bah adalah shalat Ashar dan beliau shalat berjamaah dengan yang lainya. Lalu ada salah seorang dari jama’ah yang keluar dari masjid menuju jama’ah masjid lainya yang sedang shalat dalam keadaan Ruku’dan berkata: Aku bersaksi demi Allah subhanahu wataa’la, bahwa tadi Aku shalat bersama Rasulullah sallalahu ‘alaihi wasallam menghadap Makkah dan para jama’ah itu pun berputar menghadap Baitullah (ka’bah).


Dalam Riwayat Ibnu Sa’ad:”perpindahan Qiblat terjadi pada waktu shalat Dhuhur atau Ashar”. Menurut sebagian ulama mengatakan bahwa perintah perpindahan qiblat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditengah shalat dhuhur (2 rakaat pertama dhuhur) bertempat di masjid Bani Salamah maka dari itu dinamakanya masjid Qiblatain (2 arah qiblat). pendapat yang tepat dan benar menurut Imam Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari adalah: shalat pertama menghadap qiblat(ka’bah) adalah shalat dhuhur di masjid Bani Salamah, dan shalat pertama mengahadap qiblat (ka’bah) di masjid Nabawi adalah shalat Ashar, dan shalat pertama menghadap qiblat (ka’bah) dimasjid Quba’ adalah shalat shubuh.
Demikianlah serangkaian tulisan dan kutipan tentang penempatan Ka’bah sebagai qiblat bagi umat muslim serta sejarahnya, semoga tulisan diatas dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai pengetahuan wallahu ‘alam bishowwab.

Muhammad Mujib.





Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget