Halloween Costume ideas 2015

Aries Fadil - islam dalam krisis multidimensi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
"Umat yang kebingungan di dunia yang bingung"[1].
Dr. Ahmad Kamal Abu al-Majd
Dalam sebuah data statistik[2]analisis demografi dunia (2013) menunjukkan bahwa pemeluk agama Islam telah mencapai 22.43% dari total 7.021.836.029 jumlah manusia di seluruh bagian dunia, Islam telah naik merebut kursi pertama dari Kristen sebagai agama dengan umat terbesar. Menurut perkembangannya, Islam memang agama yang paling cepat berkembang di dunia[3], ini adalah kabar baik bagi setiap muslim karena secara eksplisit –dapat mengokohkan keimanan- membuktikan akan kebenaran risalah Islam yang bersifat universal sesuai dengan firman Allah dalam Qur'an[4]. Namun, bersamaan dengan tingkat pemeluk terbanyak merupakan 'aib' rasanya ketika kita justru menjadi umat terbelakang, menjadi pion-pion yang diarahkan –mimpi buruk bagi umat yang pernah duduk di singgasana dunia-, kita dihantui fenomena-fenomena barat yang berkembang maju. Kuantitas jadi hal yang harus kita pertanyakan, akankah kita adalah buih seperti yang pernah Nabi Muhammad SAW. sabdakan?.
Harus kita akui secara garis besar umat Islam tengah mengalami krisis dan kemunduran yang sangat tajam di berbagai dimensi, diantara yang nampak adalah: teknologi, ekonomi, politik, dan budaya. Kita jauh tertinggal dalam lingkup perkembangan teknologi, kita lemah dalam perekonomian, betapa kita lihat wilayah Barat mendominasi kendali ekonomi dunia. Kita juga kurang sadar menghadapi politik Barat yang menyuarakan HAM, Demokrasi, dan pluralisme yang sebenarnya telah ada pada kita. Lalu tubrukan budaya; hubungan sosial yang menyulut dekadensi moral dengan seks menjadi pamerannya. Itu hanya bagian kecil dari krisis yang tengah melanda umat islam, dan fakta tersebut menuntut kita bersikap kritis, mengapa hal tersebut terjadi?.
I.2.  Tujuan
Islam sebagai agama dengan kuantitas pemeluk terbesar dan sejarah peradaban  yang agung, saat ini tidak sebanding dengan realitasnya. Kita terpuruk dan mempertaruhkan nama agama sebagai penerus.
Terhadap perkembangan yang ada, sebagai generasi penerus kita diwajibkan untuk bersikap kritis-konstruktif memandang fenomena-fenomena zaman demi terciptanya prospektif yang benar, bukan absurd apalagi salah memahami nilai perkembangan zaman.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menghimbau betapa polemic agama kita (Islam) sudah berjalan kian panjang tanpa adanya solusi kongkret untuk menghadapinya. Masalah-masalah seperti dekadensi moral, dependensi social, politik, ekonomi, dan budaya adalah bentuk dari kegagalan umat Islam dalam mengarungi samudera kehidupan.
Dalam hal ini Islam tidak patut disalahkan, Islam adalah agama yang syamil dan mutakamil yang jelas tidak ada keraguannya, karena ia komperhensif –tidak akan tergulung oleh ruang maupun zaman-. umat Islamlah yang seharusnya bertanggung jawab. Dahulu Islam pernah mengalami masa kejayaan sebelum akhirnya jatuh hingga sekarang di panggung dunia, seperti kekalahan umat islam pada perang uhud padahal sebelumnya di perang badar mengalami kemenangan luar biasa. Allah menegaskan perihal ini dalam al-Qur'an.
"dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada perang Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat pada musuh-musuh kalian (pada perang badar) kalian berkata, "dari mana datangnya (kekalahan) ini?" katakanlah,"itu dari (kesalahan diri kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[5]"
Atas dasar itu dalam tulisan ini, sengaja penulis berniat memaparkan hal di atas untuk menjadi bahan introspeksi diri bagi umat untuk membangun hari kedepan.    

BAB II
PEMBAHASAN
II.2. Fakta Kemunduran Umat Islam
 Ketika set back kebelakang dalam sebuah fase sejarah peradaban dunia, kita akan jumpai sebuah fakta menarik dimana Negara-negara kolonial (Barat) pernah mengenyam suatu masa kemunduran yang mereka sebut sebagai abad pertengahan (1000-1500 M), sebuah masa gelap di mana bangsa-bangsa eropa melihat dunia dengan pandangan miring dan terbelakang. Sebagaimana Dr. Yusuf Qardhawi (2001) dalam pengantar bukunya Umat Islam Menyongsong abad ke-21, bangsa Eropa kala itu masih melihat kebersihan sebagai pekerjaan setan, pengobatan masih ada di tangan para dukun, dan para rohaniwan merintangi segala usaha untuk kemajuan dunia. Mereka sibuk dengan menerbitkan keputusan-keputusan larangan dan bisnis surat pengampunan dosa.
Sedangkan Islam dalam waktu yang sama begitu berperan memengaruhi kemajuan dunia, Islam menjadi guru besar pada masa itu. Umat Islam dalam masa keemasannya, dari sana kita sama-sama mengenal sosok Ibnu sina seorang ahli dalam bidang kedokteran yang bahkan dikenal dengan sebutan "Bapak Kedokteran Modern"[6], atau Khawarizmi dalam bidang sains, Al-Farabi dalam ilmu politik, Alhazen(Ibnu haitsam), Ar-Razi, Ibnu Rusyd dan nama-nama lain yang bahkan masih dikenal sampai saat ini.
Melihat masa keemasan ini dapat kita simpulkan bahwa Islam memang mengesampingkan nilai kemunduran dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dalam al-Qur'an kita dapati sebuah ayat yang menyinggung derajat keilmuan, Allah berfirman : Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat[7]. Dalam ayat ini posisi keilmuan disandingkan dengan posisi orang yang beriman.
Namun pada paruh abad selanjutnya Eropa telah melek, orang-orang barat berguru kepada cendikiawan-cendikiawan muslim secara langsung maupun lewat tulisan-tulisan bahkan mencuri hasil penemuannya. Mereka mempelajari metodologi dan bahkan mencuri teori-teori yang telah dicapai Ilmuwan Muslim[8], kondisipun berbalik kita bisa melihat dari kronik sejarah rentang abad ke-18 (abad pencerahan)hingga saat ini.
Pada tahun 1873, James Clerk Maxwel menemukan sebuah teori perambatan gelombang elektromagnetik yang menjadi cikal bakal ditemukannya radio. Banyak orang tidak percaya akan hal tersebut sebelum akhirnya heinrich Rudolf Hertz membuktikan dengan eksperimennya antara tahun 1886 dan 1888.
Tidak sampai disitu, orang-orang barat terus mengembangkan metodologi ekperimental yang mereka dapatkan dari cendikiawan muslim. Betapa kita lihat wright bersaudara, mereka berfikir keras dan terus mencoba dalam upaya penerbangan pesawat rakitan mereka yang akhirnya terbang pada tahun 1903, untuk pertama kalinya di dunia. Dan berkembang hingga saat ini pesawa-pesawat komersial transnegara yang bahkan mengangkut banyak barang dan manusia.
Bukan hanya melingkup di bidang teknologi, dalam bidang kedokteran misalnya; dapat kita sakikan berkembang pesat hingga mampu melakukan operasi bedah bahkan trans gender, Lalu cloning dari pengembangan biologi.
Barat mengalami kemajuan yang progresif, puncak dari kemajuannya adalah dalam ilmu pengetahuan; politik, social, budaya, ekonomi dan lain-lainnya yang sarat pengaruhnya dalam kehidupan manusia kini.
Dari data di atas dapat kita tarik benang merah sebagai catatan penting bahwa betapa umat kita mandeg dan kurang mempunyai andil, umat Islam mengalami stagnasi.

II.2. Faktor Kemunduran Islam
Peradaban adalah siklus. Menganut kaidah mantiq tentang hukum yang terjadi pada alam bahwa Alam itu mengalami perubahan dan setiap yang berubah adalah baru[9]. Pendeknya, transformasi itu sendiri adalah sebuah kehidupan.
Perubahan di atas memang absolut, Polemik tentang dekandensi yang terjadi menyeret kita untuk berfikir sekaligus intropeksi diri. Secara implisit menuntut kita untuk mengidentifikasi sebab-sebab yang terjadi guna menghindari peluang kecelakaan di kemudian hari.
Dalam bukunya Dr. Yusuf Qardhawi merincikan 9 kegagalan sepanjang abad ke-20 yang merupakan factor internal yang inheren terhadap kemunduran umat Islam saat ini. 9 faktor tersebut adalah sebagai berikut[10] :
1.       Hancurnya ke khalifahan
2.       Kekalahan melawan proyek Zionisme
3.       Kegagalan di Bidang Pembangunan dan Pertumbuhan
4.       Kegagalan dalam Usaha Membebaskan Diri dari Dependensi Barat
5.       Kegagalan dalam Syura, kebebasan Publik, dan Hak Asasi Manusia
6.       Kegagalan dalam mempersatukan Umat
7.       Kegagalan dalam Mewujudkan keadilan social
8.       Kegagalan dalam Masalah Perempuan
9.       Kegagalan di Bidang Pendidikan Moral Umat

Dari 9 faktor di atas adalah factor internal kegagalan umat islam yang beruntun dan saling berkaitan, sementara penulis mencoba menitik beratkan kepada 2 faktor eksternal yang menurut kaca mata penulis merupakan titik sasaran dari strategi besar barat dalam upaya melumpuhkan Umat Islam, yaitu:
1.       Dependensi Barat
Dalam rentang sejarah penjajahan –khususnya Negara-negara jajahan yang mayoritas penduduknya muslim- secara zahir negara-negara muslim memang berhasil melucuti para koloni dan mengusir mereka dari negaranya. Namun secara tak kasat pengaruh-pengaruh mereka terus eksis dan berkembang dalam negara jajahannya; pemikiran-pemikiran politik, dan yang paling kentara adalah menyangkut masalah ekonomi.
Menyikapi dependensi ekonomi, sejatinya factor ini terjadi atas rencana Barat dalam mengungkung perkembangan negara-negara muslim dan dunia ketiga kepada kemajuan –dengan maksud terselubung berupa 'upaya penundukan'-. Lembaga-lembaga semacam International Monetary Fund (IMF), World Bank, dan pemerintahan negara-negara Barat, sejak lama rajin meminjamkan uangnya ke negeri-negeri Muslim. Meskipun secara nominal berperan membantu pembangunan nasional, manfaat dari pinjaman itu hanya terasa dalam jangka pendek, dan selanjutnya malah mengakibatkan ketergantungan ekonomi terhadap lembaga-lembaga kreditur dan menggantungkan masa depan kepada bantuan internasional[11]. Strategi ini membuat bangsa-bangsa yang bergantung mau tidak mau dituntut untuk tunduk dan ikut sebagai konsekuensi hutang. Program bantuan luar negeri, seperti bantuan ekonomi, tenaga ahli, militer, dan pemberian pinjaman, yang mengalir deras dari Negara-negara barat ke Negara Islam, merupakan bagian dari penciptaan kondisi ketergantungan itu. Dengan ikatan bantuan tersebut, Barat dapat mengendalikan kebijakan Negara-negara penerima bantuan atau pinjamannya, atau paling tidak menguasai elite-elite politiknya agar melayani kepentingan mereka atau minimal tidak memusuhi mereka[12]. Dan sedihnya ekonomi memang masalah seluruh dunia, karena sebab ekonomi mengakibatkan masalah kemiskinan yang berujung pada masalah kesehatan; gizi buruk, kekurangan air bersih, dan penyakit-penyakit lainnya.
2.       Persatuan Umat
Snouck Hurgronye[13]mengatakan,"tidak ada faedahnya kita memerangi kaum Muslimin atau berkonfrontasi untuk menghancurkan Islam dengan kekuatan senjata. Itu semua bisa dilakukan dengan mengadu domba mereka dari dalam dengan menanamkan perselisihan agama, pemikiran, dan mazhab, dan menumbuhkan keraguan kaum muslimin pada kebersihan pemimpin-pemimpin mereka."
Persatuan Islam memang sangat mengkhawatirkan bangsa-bangsa non-islam, wajar saja –pemeluk Islam kian hari kian meluber- jika umat Islam bersatu pasti tidak terkalahkan karena jumlahnya terbilang besar. Oleh sebab itulah, barat menyusun strategi devide et impera (politik pecah belah) yang merupakan langkah kongkret mengkotak-kotakan kekuatan Islam. Mereka menanamkan sikap saling curiga yang menimbulkan permusuhan antara Negara-negara muslim, kasus ini Nampak di daerah Arab; irak-iran, irak-kwait adalah contoh keberhasilannya.
Persatuan merupakan titik kelemahan kaum muslimin sendiri, wajar saja jika di lain kubu Islam tahun 1995, terdapat agresi antara etnis muslim bosnia –yang  merupakan Negara di eropa dengan mayoritas penduduknya muslim- dengan katolik Serbia atau yang kita kenal dengan program muslim cleansing. Sementara saudara se-agamanya dibersihkan, saudara yang lain hanya melihat dan bersuara tanpa bisa membantu. Semua itu karena umat Islam sendiri belum punya cukup kekuatan.     

BAB III
PENUTUP
III-1. KESIMPULAN
                Dari apa yang penulis coba paparkan di atas adalah sebagian dari faktor-faktor yang menciptakan kemunduran umat Islam terus terjadi sampai sekarang, dari factor internal dan eksternal.
 Sejatinya kemunduran atau krisis yang terjadi dalam Islam ini terjadi akibat 2 faktor, yaitu: pertama, factor internal, akibat kelengahan Umat Islam sendiri dan kedua, adalah factor eksternal, yang didalangi oleh kekuatan-kekuatan yang memusuhi Islam.
Umat Islam saat ini memang dihadapi tantangan yang luar biasa beratnya, tantangan dunia kontemporer terus menjadikan umat Islam terus turun tangga dalam pentas dunia. Bagaimana kita bersuara atas nama islam tanpa kekuatan, sebagaimana Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq katakan (2004 : 30),"Dunia kita tak akan mengasihani orang-orang yang lemah, sebagaimana ia tak akan menghormati siapapun selain mereka yang kuat." Dalam artian tanpa kekuatan kita tak akan didengarkan
Para ulama kita terdahulu telah memberikan contoh bagaimana menghadapi perkembangan zaman, kita mempunyai peradaban yang agung sebagai dasar kuat bahwa Islam jelas mengesampingkan nilai-nilai kejumudan, stagnan dan terbelakang. Para ulama kita dahulu telah menunaikan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai umat Islam yang menyumbangkan pengaruh besar bagi peradaban dunia. Dengan titik singgung ini, kita diharuskan memandang jauh kedepan bukan bersikap konservatif, atau permisif tanpa kritis terhadap krisis yang menjerat. kita harus berpacu bersama, meningkatkan kekurangan-kekurangan hingga mampu meninggalkan kondisi rumit ini. kita harus bersikap optimis dan memandang perkembangan yang terjadi secara positif-konstruktif.
Sekarang bukan lagi zaman mukjizat, kita tidak bisa mengharapkan keajaiban dalam mengatasi permasalahan yang ada. Namun kita dituntut untuk bekerja lebih keras, belajar dari kekurangan sesuai dengan konteks Qur'an dalam surat ar-ra'd ayat ayat 11 yang berbunyi :
"sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."





















DAFTAR PUSAKA

1.       Romli, Asep Syamsul M. Demonology Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
2.       Ibnu fadillah, Ubaidullah. At-Tadzhib, 2005.
3.       Abbah, Ibrahim Abu. Hak dan Bathil dalam pertentangan. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
4.       Zaqzuq, Hamid Mahmud. Reposisi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004.
5.       Qhardawi, Dr. Yusuf. Umat Islam Menyongsong Abad Ke-21. Solo: Era Intermedia, 2001.
6.       http://ekonis.wordpress.com/tag/analisa-ekonomi/
7.       http://En.wikipedia.org
8.       http://forum.kompas.com
9.       http://Id.wikipedia.org
10.    www.republika.co.id.



[1] Mahmud Hamdi Zaqzuq, 2004, Reposisi Islam di ERA Globalisasi, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, hal. 22.
[3] Dikutip dari, "http://en.wikipedia.org/wiki/Islam#cite_note-18.", pada tanggal 25 maret 2014, jam 04.22 CLT.
[4] (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.) Q.S Al-Anbiya : 107
[5] Q.S. Ali-Imron:165
[6] Wikipedia, diakses dari, " http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_sina", pada tanggal 28 maret 2014, pukul 01.08 CLT.
[7] Q.S. Al-Mujadillah : 11
[8] Forum kompas, 1001 yang terlupakan, diakses dari, " http://forum.kompas.com/sains/40717-101-ilmuwan-yang-terlupakan.html”, pada tanggal 28 maret 2014, pukul 03.09 CLT.
9 Ubaidullah ibni fadlillah, 2005,  At-tadzhib, hal. 17.
[10]Dr. Yusuf Qardhawi, 2001, umat islam menyongsong abad ke-21,  solo, era intermedia, hal. 167.
[11] Ekonomi Islam, diakses dari, " http://ekonis.wordpress.com/tag/analisa-ekonomi/", pada tanggal 25 maret 2014, pukul 21.00 CLT. 
[12]Asep Syamsul M. Romli, 2000, Demologi Islam: Upaya barat membasmi kekuatan Islam, Jakarta, Gema Insani Press, hal. 12-13.
[13] Ibrahim Abu Abbah, 1997, Hak dan Batil dalam Pertentangan, Jakarta, Gema Insani Press, hal. 72.

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget