Halloween Costume ideas 2015

Menelisik Kata “ad-Dunya” dalam Surat al-Hajj Ayat 11 Oleh : Nopian Andika

Menelisik Kata “ad-Dunya” dalam Surat al-Hajj Ayat 11

Oleh : Nopian Andika

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ ١١
11. Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.


Tafsir surat al-Hajj Ayat 11 di Kalangan Para Ulama
A. Judul besar yang diberikan oleh Prof. Dr. hamka mengenai ayat ini:
Orang yang Berdebat tampa Ilmu itu Pengikut Syaitan
Menyembah Allah di pinggir-pinggir. “Dan setengah dari manusia ada yang menyembah Allah di pinggir-pinggir.” (pangkal ayat 11).
Apa arti di pinggir-pinggir?
Ibnu katsir menafsirkan : dia masuk agama Allah di tepi-tepi saja. Kalau dia ketemu yang menyenangkan hatinya, dia tetap beragama. Tetapi jika bertemu yang membuatnya susah, dia mengeluh-ngeluh, menyesal-nyesal.
Bukhari meriwayatkan suatu tafsiran Ibnu Abbas yang disampaikan oleh said bin Jubair, tentang tafsir ayat ini: “ini agama sial.”
Ini lebih jelas lagi pada lanjutan ayat: “maka jika mengenai kepadanya yang baik, tentramlah dia dengan (agama) itu, tetapi jika menimpa kepadanya suatu percobaan, berpalinglah dia atas mukanya.” Artinya dia tidak perduli lagi. Lupalah dia kepada yang baik yang diterimanya, yang diinggatnya hanya yang baiknya saja.
Abdurrahman bin Yazid bin Aslam menafsirkan: “itulah orang-orang munafik. Kalua karena agama ini menjadi subur keduniaannya, banyak keuntunggannya, tekunlah dia beribadat. Tetapi jika dunianya menurun, susah hidupnya, mukanyapun dipalingkannya. Sebab itu kalua dia beribadat, hanyalah semata-mata mengharap laba dunia, tetapi kalau cobaan datang, malang menimpa, gelap dan bertemu jalan sempit, agama itu ditinggalkannya dan dia kafir kembali.
Mujahid menjelaskan: “Dia berpaling atas mukany” itu ialah diapun menjadi murtad menjadi kafir.
“Rugilah dia di dunia dan di akhirat.” Kerugian di dunia ialah karena umur yang habis tidak menentu. Sehari lahir ked dunia, mulailah umur kurang satu hari. Disangka umur panjang, padahal bertambah banyak yang sudah di pakai, bertambah sedikitlah yang tersisa. Dan kalau di dunia telah kosong tidak berisi, apakah yang dapat diperhitungkan di akhirat? “demikian itulah kerugian yang nyata.” (ujung ayat 11). Sebab sesampai di akhirat orang yang seperti itu tidak ada harganya lagi. Tidak ada amal yang akan diperhitungkan. Zaman yang telah lampai tidak dapat diulang lagi.[1]
Keadaannya diserupakan dengan seseorang yang berada di tepi bukit, yakni ia tidak dapat berdiri dengan tetap dan mantap.[2]
B.  Tafsir Al-Mishbah
Ada kelompok ketiga, yaitu orang yang belum kuat imannya. Keyakinannya masih goncang dan dikuasai oleh maslahat-maslahat pribadi. Orang seperti ini, apabila mendapatkan kebaikan, akan merasa tenang dan bahagia. Sebaliknya, apabila dirinya, hartanya atau anaknya ditimpa kesulitan, akan kembali kepada kekafiran. Dengan begitu, orang ini di dunia akan merugi karena telah kehilangan nyamannya keyakinan kepada ketentuan Allah. Di akhirat pun ia akan merugi karena tidak mendapatkan pahala yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang Mukmin yang sabar dan kokoh imannya. Kerugian ganda itu adalah kerugian yang sebenarnya dan nyata.[3]
C.                 Tafsir Ibnu katsir
Mujahid, Qatadah dan selain keduanya berkata: ala harf  yaitu berarti di atas keraguan. Sedangkan selain mereka berkata: “yaitu di tepi gunung.

Al-Bukhari berkata dari ibnu ‘Abbas tentang ayat ini
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ { وَمِنْ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ } قَالَ كَانَ الرَّجُلُ يَقْدَمُ الْمَدِينَةَ فَإِنْ وَلَدَتْ امْرَأَتُهُ غُلَامًا وَنُتِجَتْ خَيْلُهُ قَالَ هَذَا دِينٌ صَالِحٌ وَإِنْ لَمْ تَلِدْ امْرَأَتُهُ وَلَمْ تُنْتَجْ خَيْلُهُ قَالَ هَذَا دِينُ سُوءٍ
Ada seseorang yg datang ke Madinah, apabila istrinya melahirkan seorang bayi & kudanya beranak maka dia mengatakan; ini agama yg baik. Dan jika istrinya tak melahirkan demikian juga kudanya, maka dia mengatakan ini adalah  agama yg buruk. [HR. Bukhari No.4373].[4]
Inilah sebab turunnya surat al-Hajj ayat 11, bahwa ada seseorang yg datang ke Madinah, apabila istrinya melahirkan seorang bayi & kudanya beranak maka dia mengatakan; ini agama yg baik. Dan jika istrinya tak melahirkan demikian juga kudanya, maka dia mengatakan ini adalah  agama yg buruk.Demikian juga (hadis ini) yang terdapat dalam kitab Tafsir At-Thabariy, Al-Baghawiy, Ibnu ‘Athiyah, Ibnu Katsir dan Ibnu ‘Asyur, mereka semua menjadikan hadis di atas sebagai sebab turunnya ayat ini.[5]

Kaitan surah al-Hajj ayat 11 dengan Ayat Sebelum  dan Sesudahnya
Terdapat tiga kelompok yang dimulai dengan orang kafir yang tuli, membatah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat[6], yang kedua Muqallid yang menteng Allah tampa dalil dan bukti dan yang terakhir orang kafir masuk Islam (keislamannya lemah sekali). Kemudian terdapat lawan dari yang tiga ini di ayat berikutnya, yang masih berhubungan erat dengan ayat ini.
Firman Allah Swt. surah al-Hajj ayat 14:
إِنَّ ٱللَّهَ يُدۡخِلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَفۡعَلُ مَا يُرِيدُ ١٤
14. Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
Hikmah
Hendaklah seorang hamba (Muslim) itu menjadi hamba Allah secara utuh bagaimanapun keadaannya, tidak hanya memilih keadaan tertentu atau hanya yang dia senangi, akan tetapi kapan dan bagaimanapun keadaannya dia tetap menjadi hamba Allah yang sejati. Karena Allah Swt. telah berfirman :
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ ٢١٤
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214).





[1]Prof. Dr. Hamka, Tafsir al-Azhar, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta, Cet. III, Thn. 2000, hal. 145.
[2]Terjemahan at-Tafsri al-Jalalain.
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, PT. lentera Hati, cet. IV, Thn. 2011
[4]Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir, surat al-Hajj, hal. 14.
[5]Khalid bin Sulaiman al-Muziniy, al-Muharrir fii asbab an-Nuzul al-Quran,  jild. 2, hal. 697.
[6] Maksud membantah tentang Allah ialah membantah sifat-sifat dan kekuasaan Allah, misalnya dengan mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah puteri- puteri Allah dan Al Quran itu adalah dongengan orang- orang dahulu dan bahwa Allah tidak kuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan telah menjadi tanah.

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget