Halloween Costume ideas 2015

KAMUS DAN PERKEMBANGANNYA DI DUNIA ARAB Oleh Muhammad Azhar

KAMUS  DAN  PERKEMBANGANNYA DI DUNIA ARAB
.  Tak dapat dipungkiri bahwa bahasa arab telah menempati posisi yang sangat penting. Pentingnya bahasa arab khususnya bagi ummat islam tidak diragukan lagi. Khususnya karena bahasa arab adalah bahasa ritual ubudiyyah, namun posisi tersebut sering harus berhadapan dengan anggapan lain yakni anggapan sulitnya bahasa arab itu sendiri. Sehingga tidak sedikit ummat merasa kesulitan mempelajarinya.
Ketika kita membahas tentang kamus, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa pengertian dari kamus itu sendiri.  Kamus dalam bahasa arab disebut dengan Mu’jam, isim maful dari fi’il أعجم artinya menghilangkan ketidakjelasan dan kesamar-samaran sesuatu. Menurut istilah ahli bahasa (linguis), Mu’jam adalah sebuah buku yang dikumpulkan pada setiap halamannya kosakata bahasa yang memungkinkan pengarangnya dari membatasi dan menguji bukunya tersebaut agar mendekati kepada kesempurnaan. Serta adanya kosakata dalam buku tersebut dijelaskan sejelas-jelasanya serta menyebutkan dalil penggunaanya dari perkataan orang arab fasih
Adapun pendorong para ulama dalam mengumpulkan kata-kata bahasa arab dan mencatatnya dalam sebuah kitab diantaranya ialah tersebarnya islam, dan manusia dari berbagai suku dan daerah menerima islam sebagai agama mereka yang mereka itu adalah orang-orang yang tidak faham bahasa arab sama sekali, yang menyebabkan ulama merasa takut akan tertutupnya femahaman mereka tentang Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Dari alasan tersebut, dimulailah proses pembukuan kosa kata bahasa arab. Adapun cendekiawan muslim pertama yang bergerak dalam bidang ini ialah Abu Amr Bin Ala, beliau melakukan perjalanan kepelosok-pelosok negeri dari anak-anak suku bangsa arab yang jauh dari peradaban, yang jauh dari pinggiran pantai untuk mendengar bahasa langsung dari mulut-mulut mereka yang masih tak terkontaminasi dari dunia luar.
Kamus sendiri dalam perkembangannya mempunyai tiga fase.
1.      Fase pertama : pada fase ini, pengumpulan kosa kata dilakukan dengan mencatat semua kosa kata yang didengarkannya. Maka pengumpulan kosa kata pada masa ini hanyalah berupa catatan-catatan kecil saja.
2.      Fase kedua : ulama pade fase ini mengumpulkan kosa kata serta mencatatnya dalam judul tertentu. Maka ada yang mencatat kosa kata yang berhubungan dengan musim hujan, ataukah musim panas, tentang lebah, kurma dan sebagainya. Contohnya buku yang dikarang oleh Al Asma’I yang berkaitan dengan kurma dan anggur, Abu Zaid mengumpulkan kosa kata yang berkaitan dengan hujan dan lain-lain.
3.      Fase ketiga : pada fase inilah kamus mencapai masa kejayaannya. Ulama pada fase ini mencatat seluruh kosa kata yang dipergunakan oleh orang arab tanpa terikat pada judul tertentu.  Pelopor fase ini adalah Imam Al Khalil Bin Ahmad Al Faraahidi

Pada masa inilah banyak ulama-ulama yang mengabdikan dirinya dalam memajukan bahasa arab dari semua yang berkaitan dengannya. Diantaranya adalah revolusi huruf bahasa arab dengan pemberian harakat padanya. Yang pertama kali melakukan hal ini ialah Syeikh Imam Abu Aswad Adduwali yang memberikan harakat pada huruf bahasa arab dengan cara pemberian titik pada huruf tersebut. Akan tetapi huruf-huruf pada zaman beliau masih dalam keadaan tanpa titik, sehingga terkdang seseorang susah membedakan antara huruf yang bertitik seperti  (ب-خ-ذ-ق)dan huruf yang tak bertitik dari jenisnya, disebabkan karena tak adanya tanda khusus yang membedakannya dengan huruf yang lain. Titik harakat pada masa beliau ditulis dengan warna yang berbeda dengan warna hurufnya.
Fase kedua dimotori oleh Al Hajjaj Bin Yusuf dengan memerintahkan kepada Imam Nasr Bin Ashim dan Imam Yahya Bin Yu’mar Untuk memecahkan masalah pada huruf-huruf yang seupa tadi. Maka keduanya berinisiatif dengan meletakkan titik yang membedakan huruf tersebut dengan yang lainnya. Adanya titik tersebut ditulis dengan warna yang sama dengan warna pada huruf. Maka menjadilah ada dua titik pada penulisan kata bahasa arab.
Nasr Bin Ashim serta Yahya Bin Yu’mar, keduanya juga merupakan peletak dasar susunan huruf hijaiyyah seperti yang ada sampai sekarang ini setelah sebelumnya disusun dengan susunan abjadiyyan.
Fase ketiga dilakukan oleh Imam Khalil Ibn Ahmad Al-Farahidi. Beliau merasa bahwa metode penulisan yang dilakukan sebelum-sebelumnya terlalu sukar untuk dilakukan dikarenakan terdapat dua macam warna tinta yang dibutuhkan ketika menulis. Satu warna untuk penulisan huruf dan titiknya, warna yang kedua untuk menulis titik harakatnya. Maka beliau berinisiatif untuk menggunakan metode baru yaitu menggunakan tanda. Tanda alif kecil  (ا)untuk harakat fatha, tanda waw kecil (و)  untuk harakat dhammah, serta tanda ya kecil (ي)  untuk harakat kasrah. Dan menggunakan tanda kepala huruf ha (ح)  untuk sukun dan menuliskan diatas huruf hamzah tanda (ء).
Pada masa itulah penulisan kamus berkembang terus menerus sampai seperti yang kita dapati saat ini. Dalam pembuatan kamus, banyak manfaat yang bisa kita ambil, diantanya ialah kita dapat mengetahui arti serta makna-makna yang terkandung dari satu kata seiring perkembangan zaman, kita juga mengetahui bagaimana cara pengucapan serta penulisan suatu kata. Dan juga kita dapat memperkirakan tingkat kefashihan satu kata dalam penggunaannya berdasarkan lahjat atau loghat dari suku-suku bangsa arab tadi yang jauh dari peradaban asing serta jauh dari pinggir-pinggir pantai ataupun sungai.

Manfaat yang yang dapat kita ambil ialah penjagaan terhadap bahasa arab itu sendiri dan sesuatu yang berhubungan dengan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bahasa arab adalah sebahagian dari agama kita. Buku-buku ulama yang menjelaskan tentang syariat semuanya berbahasa arab, maka kamus memudahkan kita baik dari bangsa arab sendiri, terlebih yang bukan dari arab utamanya. 

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget