Halloween Costume ideas 2015

Tasawwuf Antara Sunnah dan Bid’ah

Tasawwuf Antara Sunnah dan Bid’ah
               oleh: Imam Hendriyadi

I.                    Pendahuluan
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah dan Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah.  Ilmu Tasauf dalam perkembangannya menuai banyak kontroversi. Sebagian individu menolaknya dengan dalih bahwa Tasauf adalah perkara yang baru (bid’ah) dan banyak menyerap pemikiran diluar Islam. Sebagian yang lain menerima Tasauf sebagai  etika kehidupan (al-suluk al-hayah) dan bukan suatu hal yang baru melainkan juga terdapat dalam Islam.  Di sinilah terjadi banyak konflik antara umat Islam antara menolak dan menerima. Yang menolak mengatakan bahwa Tasauf itu tersesat dan yang menerima mengatakan bahwa  yang menolak Tasauf  bodoh.
Dan disini penulis nyatakan bahwa tidak semua Tarekat Tasauf itu menyimpang karena masih sebagian besar tarekat Tasauf berpegang dengan Alquran dan Sunnah. Dan sebagaimana yang kita ketahui manusia terdiri dari dua komponen yaitu: Jasmani dan Rohani dimana keduanya memiliki kebutuhan primer dan sekunder yang harus di penuhi  agar tetap hidup. Hak manusia untuk jasadnya adalah memberi  tubuhnya makanan dan minuman serta istirahat yang cukup. Begitupun ruh juga harus di beri makanan dan minuman berupa agama dan akhlak agar tetap hidup. Dan disinlah ilmu Tasauf memainkan perannya.
Dan pertanyaannya sekarang sebenarnya darimana sumber Tasauf?  Apa intinya ? Lalu bagaimana Tasauf yang benar? Apakah orang yang mengatakan dirinya adalah Sufi sudah pasti memiliki Tasauf? Lalu apa peran Tasauf dalam membina masyarkat?
Pertanyaan ini yang biasanya menyibukkan kita dan Insya Allah dengan memohon pertolongan Allah akan saya kupas sedikit hakikat dari Ilmu Tasauf ini.

II.                  Pengertian Tasauf.

A. Tasauf menurut bahasa.

Menurut bahasa ulama berbeda pendapat tentang asal kata Tasauf menjadi 8 pendapat.
1.       Tasauf berasal dari kata Al shufi shafian (الصوفي – صافيا ) yang berarti suci dan bersih tidak bercampur dengan sesuatu selain Allah.
2.       الصوفي في الجهاد)) yang berarti keikhlasan dan ketulusan berjihad terhadap musuh dengan maksud untuk meningginkan nama Allah. Dan jihad terhadap atau menyucikan diri dari hawa nafsu.
3.       Maksud dari kalimat shufi adalah akhlak mulia jasmani dan rohani.
4.       Berasal dari ahlu al-shufah atau suatu kelompok faqir miskin dari kaum muhajirin dan anshar yang tinggal di mesjid nabawi  dan hanya menyibukkan diri untuk ibadah jihad dan mendengar hadist dari Rasulullah Saw.
5.       Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa shufi di ambil dari julukan seorang lelaki pada masa jahiliah yang berkhidmat terhadap ka’bah. Dan nama beliau asli adalah Al-ghust bin  mur.
6.       Berasal dari kalimat  shufatah (صوفا ته)  yaitu suatu tumbuhan-tumbuhan yang bersumber dari padang sahara. Dan mungkin dasar kalimat shufi di ambil dari tanaman ini karena tabiatnya yang sedikit membutuhkan air. Dan hal ini bermaksud bahwa kaum shufi adalah mereka yang hidup sederhana.
7.        Ada yang mengatakan bahwa shufi berasal dari bahasa Yunani dari sofia yang berarti hikmah atau ilmu. Dan semua pendapat diatas dikritik oleh ulama, dan pendapat yang benar menurut mayoritas ulama adalah:
8.       Kalimat shufi diambil dari nama pakaian yang sederhana dan menunjukkan kesusahan dalam hidup. Karena inti dalam ajaran shufi adalah sederhana dalam hidup atau zuhud. Dan ulama lebih condong kepada pendapat ini karena 2 hal.
Pertama: Karena makna di atas meunjukkan kepada zuhud dan wara’.
Kedua:Karena pakaian shuf adalah pakaian para Nabi.
      

B. Tasauf menurut istilah.
Ulama islam berbeda pendapat dalam member defenisi Tasauf dari sisi istilah. Setidaknya ada 6 pendapat ulama dalam hal ini.
1.       Defenisi Ma’ruf al-Kharakhi 200 H.
 “Tasauf adalah hakikat dan penderitaan yang di alami oleh makhluk Allah. Barangsiapa yang belum benar-benar merasakan penderitaan maka ia belum memahami kebenaran”.

2.       Defenisi Dzul al-Nun al-Shufi: Tasauf adalah pengaruh pencipta kepada ciptaanya.
3.       Defenisi al-Sirri al-Saqhti; “Tasauf memiliki 3 makna:
-          Ilmu yang cahaya ma’rifatnya tidak meredupkan cahaya wara’nya.
-          Dan di batinnya tidak terbesit sedikitpun sesuatu yang berbau kritik terhadap Alquran dan Sunnah.
-          Dan dengan kemuliaan yang akan menjaganya dari sesuatu yang diharamkan Allah.
4.       Lalu imam Junaid berkata tentang defenisi Tasauf.
“Tasauf adalah ilmu yang mampu mematikan kamu dengan kebenaran dan menghidupkan kamu juga dengan kebenaran”.
5.       Menurut Abu Muhammad al-Jurairi Tasauf adalah berakhlak cahaya dan keluar dari aklhlak yang hina.
6.       Dan terakhir saya tutup dengan defenisi Imam al-Thusi. Menurut beliau Sebagian ulama Sufi memberi 3 jawaban  dalam Ilmu Tasauf.
-          Pertama  yaitu jawaban berdasarkan yang berpegang kepada Ilmu; Penyucian hati dari noda dan dosa dan berakhlak mulia serta mengikuti sunnah rasul dan syariat.
-          Kedua yaitu  jawaban berdasarkan hakikat: Tidak berharta, dan keluar dari akhlak yang buruk lalu tidak membutuhkan segala sesuatu selain Allah.
-          Ketika yaitu jawaban berdasarkan orang yang berpegang kepada kebenaran: adalah mereka yang mampu menyucikan diri sesucinya dengan kesucian dari sifat-sifat tercela dan merekalah yang dinamakan kaum sufi.

Dari defenisi-defenisi diatas bisa kita temukan sebagian ulama mendefinisikan Tasauf melalui sifat-sifat sufi atau melalui orang bertasauf. Dan setidaknya penulis berpegang dengan makna Rasauf yang bermakna: “Kesucian dan kesaksian”. Dan kesucian seperti yang dikatakan oleh Syekh. Abdul halim Mahmud adalah perantara sedangkan kesaksian adalah tujuannya.[1]


III.                Sumber-Sumber Tasauf.

 Tasauf yang dengan kata lain adalah metode hidup (Al asuluk al hayah)  bisa diciptakan oleh seluruh manusia. Karena Tasauf itu sendiri sebenarnya sudah di benamkan Allah dalam diri manusia melalui tabiat dan fitrah manusia yang membutuhkan keindahan dan kebenaran serta kebahagiaan.  Dengan kata lain Tasauf adalah sebuah kebutuhan jiwa yang harus terpenuhi jika tidak jiwa itu akan mati. Dan manusia berkemampuan untuk menciptakan Tasauf untuk dirinya.

Hal diatas adalah Tasauf secara umum namun lebih khusus Tasauf dalam islam tidak bersumber dari diri manusia yang bisa bersalah. Tapi bersumber dari Alquran dan pribadi Rasulullah Saw perkataan, perbuatan, diam dan geraknya tak lain  adalah wahyu dari Allah swt.

Alquran sebagai sumber dasar dalam ilmu Tasauf telah mengajak manusia melalui ratusan bahkan ribuan ayat untuk beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan mentauhidkan Allah serta menyerahkan seluruh hidup kepada Allah. Lalu mengajak manusia untuk berakhlak mulia dan memuliakan satu sama lain. Dan menjadikan nabi Muhammad Saw sebagai pembimbing kejalan yang benar yang diridhai oleh Allah. Hal-hal diatas tak lain adalah inti dari ajaran Tasauf dalam islam.

Lalu  Rasulullah Saw adalah pribadi percontohan, teladan yang paling sempurna. Seorang presiden yang adil, suami yang romantis serta ayah yang pendidik. Disisi lain beliau adalah pemimpin umat islam yang diakui kemuliaan akhlaknya baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul. Beliau adalah pendidik yang paling sukses yang mampu mengeluarkan umat islam dari belenggu kebodohan menjadi umat yang cerdas dan kuat hingga mampu mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu adalah emperium terkuat di dunia. Pribadi seperti inilah yang menjadi contoh dan tujuan dalam ilmu Tasauf.   Karena ilmu Tasauf tak lain mengajarkan manusia untuk berakhlak Nabi.



IV.                Peran Tasauf dalam membangun Umat.

Tasauf dalam metode yang  sangat sesuai dalam membangun umat. Karena yang menjadi titik dalam ilmu Tasauf adalah sisi pribadi manusia. Atau dengan kata lain Tasauf lebih mengutumakan memperbaiki diri manusia. Mendidik manusia menjadi pribadi amanah dan wara’.  Sebagai contoh di negeri kita Indonesia banyak sekali orang yang cerdas namun tidak berakhlak. Hasilnya yang diangkat menjadi pemimpin justru mengkhianati rakyatnya dengan korupsi.
Oleh karena itu selain mencerdaskan otak dengan ilmu dan sains manusia juga membutuhkan kecerdasan hated engan Tasauf.  Coba kita kembali ke Sejarah pembebasan Al-Quds oleh Shalahuddin al ayyubi. Dimana beliau dihadang dan dinasehati oleh seorang ahli Tasauf Ketika sedang dalam perjalanan dengan pasukannya guna membebaskan Jerussalem . Ahli Tasauf tersebut berkata.

“Wahai khalifah kembalilah sesungguhnya anda dan  pasukan anda tak akan mampu membebaskan Jerussalem karena pasukan anda masih bergelimpangan penyakit hati dan dengki. Kembalilah dan bebaskan pasukan anda dari penyakit tersebut terlebih dahulu maka Allah akan membebaskan Al-Quds melalui tangan anda dan pasukan anda”.
Shalahuddin al-Ayyubi menuruti petuah si ahli Tasauf tersebut dan beliau kembali dan melakukan seperti apa yang di wasiatkan. Dan benarlah apa yang dikatakan oleh ahli Tasauf tersebut bahwa Allah membebaskan Palestina melalui beliau dan pasukan beliau.
Pelajaran yang dapat kita tangkap adalah seharusnya selain memantapkan kecerdasan otak dan kekuatan manusia juga kita dituntut untuk memantapkan sisi pribadi untuk lepas dari sifat tercela yang dapat menjadikan kita pribadi yang tidak amanah. Dan hal inilah yang di ajarkan dalam ilmu Tasauf untuk membangun umat. Jika kita ingin membangun umat maka langkah pertama bangunkan sifat-sifat mulia terlebih dahulu dalam diri umat islam.

V.                  Kesimpulan.
Diatas kita sudah melihat defenisi Tasauf dan sumber-sumber Tasauf juga peran Tasauf dalam membangun umat. Hal ini setikanya membuktikan bahwa Tasauf tidak seperti yang katakana sebagian orang adalah ilmu yang tersesat dan keluar dari dalam Islam. Karena Tasauf tak lain bersumber dari agama Islam dan memiliki peran yang sangat signifkan dalam mendidik umat Islam.
Dan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab fatawa beliau membagikan ahli Tasauf kepada tiga bagian salah satunya adalah manusia mulia setelah Allah dan rasulnya. 
Juga seperti yang kita Tahu agama ini terbagi kepada tiga. Imam, Islam, dan Ihsan. Dan Tasauf sebenarnya tak lebih dari Ihsan, yaitu menyembah Allah seolah-olah seperti melihatnya. Lalu melalui hal ini ulama menciptakan suatu ilmu untuk mendidik manusia menjadi pribadi yang Ihsan, yaitu Ilmu Tasauf.






[1] . Abdul halim mahmud, “Abhast fi al-Tasauf” dalam  “Ushul Tasauf al-Islami “.  
Label:

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget