Halloween Costume ideas 2015
Februari 2017

PENGERTIAN TENTANG TASAWUF
Oleh: Aries Fadil

Pengertian Tasawuf
Secara bahasa Tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia (Wikipedia bahasa Indonesia).

Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para arsetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa Tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.

Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana adalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa (Wikipedia bahasa Indonesia).

Namun dalam perjalanannya, Tasawuf diperdebatkan asal usul kehadiranya. Sebagian menyebut Tasawuf berasal dari agama islam, sebagian lagi menyatakan bahwa tyasawuf bukan berasal dari islam tetapi dari sinkretisme berbagai ajaran agama samawi maupun ardi. Beberapa pendapat yang menyatakan Tasawuf berasal dari Islam diantaranya:

Asal-usul ajaran Sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995)

Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para Sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.]

Beberapa pendapat bahwa Tasawuf bukan berasal dari Islam diantaranya:
-Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham Tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G. B. J Hiltermann & Prof. Dr. P.Van De Woestijne).

-Sufisme yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).

-Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan mempengaruhi aliran-aliran di daam Islam (Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh).

-Paham Tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non-Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham Tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam, dengan kata lain dalam Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980).

-Tasawuf dan Sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, ia itu bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc)

Para ahli yang menolak Tasawuf sebagai bagian dari islam mengambil contoh kesalahan pemahaman Tasawuf yaitu Faham Wujud. Faham wujud adalah berisi keyakinan bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Penganut paham kesatuan wujud ini mengambil dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara ruh manusia dengan Ruh Allah dalam penciptaan manusia pertama,

Nabi Adam AS:
“...Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (As Shaad; 72)”

Sehingga ruh manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan bersatu dalam sholat karena sholat adalah me-mi'rajkan ruh manusia kepada Ruh Allah Azza wa Jalla . Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan dalam Sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin karena hanya dengan meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada Allah semakin meningkat yang akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih mendalam.

Paham ini dikalangan penganut paham kebatinan juga dikenal sebagai paham manunggaling kawula lan gusti yang berarti bersatunya antara hamba dan Tuhan (Wikipedia bahasa Indonesia).

Dasar-Dasar Qur`ani Tasawuf

Para pengkaji tentang Tasawuf sepakat bahwasanya Tasawuf berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan sebahagian besar dari kalangan sahabat dan tabi'in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain.

Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata Sufi akan tetapi jalan yang ditempuh kaum Sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur'an yang Artinya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20).

Diantara nash-nash al-Qur'an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 20 yang Artinya: “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.

Ayat ini menandakan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafsu mulai dari kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat sementar dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.

Ayat al-Qur'an lainnya yang dijadikan sebagai landasan keSufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu'min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3 yang Artinya: “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Dianatra ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan keSufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S as-Sajadah [ ] ayat : 16 yang berbunyi : yang Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap

Maksud dari perkataan Allah Swt : "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya" adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam”.
Terdapat banyak ayat yang berbicara tentang urgensi rasa takut dan pengharapan hanya kepada Allah semata akan tetapi penulis cukupkan pada kedua ayat terdahulu.

Diantara ayat-ayat yang menjadi landasan Tasawuf adalah nash-nash Qura'ny yang menganjurkan untuk beribadah pada malam hari baik dalam bentuk bertasbih ataupun quyamullail diantaranya adalah firman Allah yang Artinya:

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.(Q.S al-Isra' [17] ayat : 79 yang Artinya: “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari”. (Q.S al-Insan [76] ayat : 25-26) yang Artinya: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”

Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa mereka yang senantiasa menjauhi tempat tidur di malam hari dengan menyibukkan diri dalam bertasbih dan menghidupkan malam-malamnya dengan shalat dan ibadah-ibadah sunnah lainnya hanya semata-mata untuk mengharapkan rahmat, ampunan, ridha, dan cinta Tuhannya kepadanya akan mendapatkan maqam tertinggi di sisi Allah.

Selain daripada hal-hal yang telah penulis uraikan sbelumnya, diantara pokok-pokok ajaran Tasawuf adalah mencintai Allah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan hal ini berlandaskan kepada firman Allah swt dalam Q.S at-Taubah ayat : 24 yang Artinya: ”Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.

Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya harus menjadi prioritas utama di atas segala hal, bahkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas kecintaan kepada ayah, ibu, anak, istri, keluarga, harta, perniagaan dan segala hal yang bersifat duniawi, atau dengan kata lain bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan mendambakan tempat terbaik diakhirat hendaknya menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai kecintaan tertinggi dalam dirinya (ibnuel-mubhar.blogspot.com).

Perkembangan Tasawuf
Sejarah Tasawuf dimulai dengan Imam Ja’far Al Shadiq ibn Muhamad Bagir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib. Imam Ja’far juga dianggap sebagai guru dari keempat imam Ahlulsunah yaitu Imam Abu Hanifah, Maliki, Syafi’i dan Ibn Hanbal.

Ucapan – ucapan Imam Ja’far banyak disebutkan oleh para Sufi seperti Fudhail ibn Iyadh Dzun Nun Al Mishri, Jabir ibn Hayyan dan Al Hallaj. Diantara imam mazhab di kalangan Ahlulsunah, Imam Maliki yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Imam Ja’far.

Kaitan Imam Ja’far dengan Tasawuf, terlihat dari silsilah tarekat, seperti Naqsyabandiyah yang berujung pada Sayyidina Abubakar Al Shidiq ataupun yang berujung pada Imam Ali selalu melewati Imam Ja’far.

Kakek buyut Imam Ja’far, dikenal mempunyai sifat dan sikap sebagai Sufi. Bahkan (meski sulit untuk dibenarkan) beberapa ahli menyebutkan Hasan Al Bashri, Sufi-zahid pertama sebagai murid Imam Ali. Sedangkan Ali Zainal Abidin (Ayah Imam Ja’far) dikenal dengan ungkapan-ungkapan cintanya kepada Allah yang tercermin pada do’anya yang berjudul “Al Shahifah Al Sajadiyyah”.

Tasawuf lahir dan berkembang sebagai suatu disiplin ilmu sejak abad k-2 H, lewat pribadi Hasan Al Bashri, Sufyan Al Tsauri, Al Harits ibn Asad Al Muhasibi, Ba Yazid Al Busthami. Tasawuf tidak pernah bebas dari kritikan dari para ulama (ahli fiqh, hadis dll).

Praktik – praktik Tasawuf dimulai dari pusat kelahiran dan penyiaran agama Islam yaitu Makkah dan Madinah, jika kita lihat dari domisili tokoh-tokoh perintis yang disebutkan di atas.
Pertumbuhan dan perkembangan Tasawuf di dunia Islam dapat dikelompokan ke dalam beberapa tahap :

Tahap Zuhud (Asketisme)
Tahap awal perkembangan Tasawuf dimulai pada akhir abad ke-1 H sampai kurang lebih abad ke-2H.
Gerakan zuhud pertama kali muncul di Madinah, Kufah dan Basrah kemudian menyebar ke Khurasan dan Mesir. Awalnya merupakan respon terhadap gaya hidup mewah para pembesar negara akibat dari perolehan kekayaan melimpah setelah Islam mengalami perluasan wilayah ke Suriah, Mesir, Mesopotamia dan Persia.

Tokoh-tokohnya menurut tempat perkembangannya :

1. Madinah
Dari kalangan sahabat Nabi Muhammad Saw, Abu Ubaidah Al Jarrah (w. 18 H); Abu Dzar Al Ghiffari (W. 22 H); Salman Al Farisi (W.32 H); Abdullah ibn Mas’ud (w. 33 H); sedangkan dari kalangan satu genarasi setelah masa Nabi (Tabi’în) diantaranya, Said ibn Musayyab (w. 91 H); dan Salim ibn Abdullah (w. 106 H).

2. Basrah
Hasan Al Bashri (w. 110 H); Malik ibn Dinar (w. 131 H); Fadhl Al Raqqasyi, Kahmas ibn Al Hadan Al Qais (w. 149 H); Shalih Al Murri dan Abul Wahid ibn Zaid (w. 171 H)

3. Kufah
Al Rabi ibn Khasim (w. 96 H); Said ibn Jubair (w. 96 H); Thawus ibn Kisan (w. 106 H); Sufyan Al Tsauri (w.161 H); Al Laits ibn Said (w. 175 H); Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H).

4. Mesir
Salim ibn Attar Al Tajibi (W. 75H); Abdurrahman Al Hujairah ( w. 83 H); Nafi, hamba sahaya Abdullah ibn Umar (w. 171 H).

Pada masa-masa terakhir tahap ini, muncul tokoh-tokoh yang dikenal sebagai Sufi sejati, diantaranya, Ibrahim ibn Adham (w. 161 H); Fudhail ibn Iyadh (w. 187 H); Dawud Al Tha’i (w. 165 H) dan Rabi’ah Al Adawiyyah.

Tahap Tasawuf (abad ke 3 dan 4 H )
Paruh pertama pada abad ke-3 H, wacana tentang Zuhud digantikan dengan Tasawuf. Ajaran para Sufi tidak lagi terbatas pada amaliyah (aspek praktis), berupa penanaman akhlak, tetapi sudah masuk ke aspek teoritis (nazhari) dengan memperkenalkan konsep-konsep dan terminology baru yang sebelumnya tidak dikenal seperti, maqam, hâl, ma’rifah, tauhid (dalam makna Tasawuf yang khas); fana, hulul dan lain- lain.

Tokoh-tokohnya, Ma’ruf Al Kharkhi (w. 200 H), Abu Sulaiman Al Darani (w. 254 H), Dzul Nun Al Mishri (w. 254 H) dan Junaid Al Baghdadi.

Muncul pula karya-karya tulis yang membahas Tasawuf secara teoritis, termasuk karya Al Harits ibn Asad Al Muhasibi (w. 243 H); Abu Said Al Kharraz (w. 279 H); Al Hakim Al Tirmidzi (w. 285 H) dan Junaid Al Baghdadi (w. 294 H)

Pada masa tahap Tasawuf, muncul para Sufi yang mempromosikan Tasawuf yang berorientasi pada “kemabukan” (sukr), antara lain Al Hallaj dan Ba Yazid Al Busthami, yang bercirikan pada ungkapan – ungkapam ganjil yang sering kali sulit untuk dipahami dan terkesan melanggar keyakinan umum kaum muslim, seperti “Akulah kebenaran” (Ana Al Haqq) atau “Tak ada apapun dalam jubah-yang dipakai oleh Busthami selain Allah” (mâ fill jubbah illâ Allâh), kalau di Indonesia dikenal dengan Syekh Siti Jenar dengan ungkapannya “Tiada Tuhan selain Aku”.

Tahap Tasawuf Falsafi (Abad ke 6 H)
Pada tahap ini, Tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional-filosofis. Ibn Arabi merupakan tokoh utama aliran ini, disamping juga Al Qunawi, muridnya. Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu (Ba) Yazid Al Busthami dalam aliran ini.

Aliran ini kadang disebut juga dengan Irfân (Gnostisisme) karena orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau gnosis) tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu.

Tahap Tarekat ( Abad ke-7 H dan seterusnya )
Meskipun tarekat telah dikenal sejak jauh sebelumnya, seperti tarekat Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat berkembang dengan pesat.
Seperti tarekat Qadiriyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang); Tarekat Rifa’iyyah didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H) dan tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al Suhrawardi (w. 563 H). Tarekat Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang telah memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي جعل الكتاب والسنة هدى للمتقين والصلاة والسلام على أشرف الانبياء والمرسلين و على أله وصحبه اجمعين

            Semenjak awal islam muncul sebagai agama penutup semua risalah dari allah SWT yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW yang berasal dari bangsa arab Quraisy. Smenjak itu juga terjadi pergolakan Antara pengikut Nabi Muhammad dengan kaum quraiys sendiri atau qabilah lain nya yg brtentangan denga risalah yg di bawa oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, baik yahudi maupun nasrani yg mana mereka tidak ridho dan terima dengan risalah kenabian yg di bawa oleh nabi Muhammad SAW,karena bebera sebab baik dari segi aqidah maupun akhlak dan ibadah,yng sngat berbeda dengan mereka, krna ajran mereka telah mereka ubah sesuai dengan keinginan hawa mereka,tidak sperti yg telah di ajarkan nabi nabi mereka
Dan semenjak itu pula lah musuh musuh islam menysun siasat dan strategi untuk menghancurkan dakwah NAbi Muhammad SAW baik bersifat fisik ataupun non fisik, namun allah selalu melindungi dakwah nabi Muhammad untuk memperlihat bahwa risalah yg di bawa nabi adalah benar benar datang dari allah pencipta dan pemilik alam semseta, dan ini sudah terang terngan di jelas kan di kitab umat sebelum ada nya islam, bahwa aka ada utusan allah pencipta alam ini sesudah nabi mereka yg bernama AHMAD, tapi merak mengingkari itu semua demi kepentingan mereka
Dan pergelokan sperti ini terus berlanjut sampai zaman sahabat,dengan bnyak terjadi nya kemurtadan setelah meninggal nya nabi Muhammad SAW, dan begitu juga zaman setelah shabat atau tabiin dan smapai zaman sekrang ini, islam selelu di serang dan di hancurkan dari segala penjuru
Sepanjang sejarah islam sampai sekarang ini secara garis besar ada 2 acara musuh islam mnghancurkan islam;
1.Serangan dari luar
   Sperti serangan yg bersifat fisik, melakukan serangan terhadap islam dengan peperangan dan mengadu domba Negara Negara dan daulah islam
2. menghancurkan islam dari dalam
    Menjauhkan umat islam dari islam ,sperti mmbuat keraguan dan kerancuan dalam agama islam sehingga umat islam yg awam menganggap islam itu agama yg ada keraguan bahkan sampai menganggap agama yg salah.
Cara seperti ini yg sangat membuat islam lemah dan hilang rasa persatuan dan rasa kebersamaan cinta terhadap islam, seperti menciptkan aliran aliran baru dan paham paham baru sehingga islam sperti kotak kotak dan mereka dengan mudah menciptkan api permusuhan Antara islam sendiri sehingga mereka dengan mudah menyaksikan islam itu hancur dengan sendiri nya tampa mereka ikut menghancurkan islam dengan tangan mereka
Fenomena  sperti Ini sebenar nya sudah ada dzaman sahabat
Sperti yg di katakana oleh imam At Thobari dalam sebuah kitab beliau :Abdullah bin saba’ adalah seorang yahudi yg berpura pura masuk islam di zaman kahlifah Ustman bin Affan dan menyebarkan kesesatan dan fitnah di Negara dan daulah islam mulai dari hijaz , bashroh , khufah dan syam dan Alhamdulillah orng orang tidak bisa di pengaruhi oleh kesesatan dan fitnah nya
Dan akhirnya dia pergi ke mesir dan masyarkat mesir menerima dan menanggapi dakwah keseatan dan fitnah yg di sebarkan nya , tapi pada dasar nya masyarakat mesir  tidak menerima fitnah yg  di sebarkan oleh Abdullah bin saba’ mereka hanya berpura pura menerima dan mendengar dakwaan nya , ini karna yakin dan kcintaan masyarakat mesir terhadap islam dan ahli bait sngat sngat tinggi



Diantara dakwaan dan fitnah yg di sebarkan oleh Abdullah bin saba’ ;
1.Memasukan pemikiran di bangkitkan kembali (الرجعة) Nabi muhammad SAW bukan isa AS           karna nabi Muhammad lah yg paling berhak untuk di bangkitkan
2. Nabi dan rasul yang di utus jumlah nya ribuan , dan bagi setiap nabi mempunyai wasiat, dan nabi Muhammad adalah khatimul anbiya’ dan Ali adalah khatimul aushiya’, dengan ksimpulan siapa yg lebih zholim dari orang yg mengambil dan tidak menjlan kan wasiat nabi dan tidak mmberikan kekhalifhan kepada ali , dan mengasut rakyat mesir untuk membenci para kahlifah sebelum Ali
           Seperti ini  lah musuh musuh islam melakukan fitnah dan kesesatan  untuk menghncurkan islam , semua ini sudah ada sejak zaman sahabat , dan cara ini sudah jauh di praktekn sebelum ada nya islam , sperti yg di lakukan Paulus dari yahudi untuk menghancurkan nasrani  dari dalam
            Dan ini terus berlnjut dan terjadi dalam islam dari masa kemasa samapai ke zaman modern sperti sekarang ini
            Sperti yg terjadi setelah perang salib yg ke 7 , Raja prancis waktu itu adalah luis yg ke 9 mengtakn dan menegaskan kepada pasukan dan rakyat nya bahwa mustahil kita bisa mengalahkan kaum muslim dengan cara peperangan senjata, tapi kita akan menyaksikan kehancuran islam dengan sendirin nya tampa melakukan peperangan aatau genjtan senjata yaitu dengan SIYASAH dengan menjauhkan islam dari diri dan jiwa mereka
     Diantara cara cara nya adalah :
1, Menyalakan perpecahan dan perselisihan Antara pemimpin muslim
2, Tidak memberikan kesemptan kepada Negara islam atau arab untuk mengakan hokum islam
3, menghancurkan hukum islam di Negara Negara islam dengan menegakan
4, Melemahkan kecintaan tentara muslim terhadap tana air mereka
5, Menciptakan Negara baru di Negara islam
6, Menjauhkan ulama islam dari juhud dan kesunguhan nya mendalami islam
            Untuk melakukan misi  yg telah di rancang oleh luis 9 ke Negara Negara islam di utus nya lah seorng yg terkenal dalam sejarah sebagai seorng pahlwan dan penyebar kebaikan untuk menutupi misi dan tjuan mereka sehingga kehadiran mereka tidak ter;ihat sperti tjuan mereaka,  dia adalah NAPOLEON BONAPARTE yg brtopeng untuk menghncurkan negar negar islam dan menjauhkan islam dari diri muslim
       Dia merancang beberapa program untuk menuntaskan misi nya ,dan selama 3 tahun dia berpura pura mnjadi tentara sperti yg pernah di lakukan nya di mesir,  diantaranya:
1, Menjauhkan muslim untuk beramal sesuai syaria’h dan qonun islam
     2,Mengatakan lemah dan tidak sanggupnya umat islam dalam siyasah sehinnga    mengharuskan untuk mengikuti siyasah dan pola pikir prancis   
     3, Mendakwakan kebebasan terhadap semua manusia atau yg lebih di kenal dengan HAM (Hak Asasi Manusia)
    4. Mendkwakan kesetraan jender  tehdap perempuan dalam maslah akhlak dan perilaku sehingg perempuan juga memeliki kebebsan sperti kebebasan laki laki   
   5, Mendkwakan dalam pndidikan dengan di adakan nya pertukaran pelajar dari Negara muslim ke Negara barat dan di sana mereka di berikan doktrin dan pemahaman kesesatan islam

                         Semua langkah langkah yg di lakukan oleh Napoleon Bonaparte adalah untuk menghncurkan  islam dari dalam dan untuk memudah langkah l;angkah mereka selanjut nya yaitu untuk memasukan pemahan liberal dan secularism bhkan smapai ke ateis  ke dalam Negara islam dan mnghncurkan dan mengikis islma dari diri muslim dengan sendiri nya

            Sepwerti itulah fenomena yg terjadi  dlam diri islam sendiri, dan semoga para pelajar islam memahami ini semua dan bisa mendkwakan kesestan dan menolak  mreka dan apa yg telah mereka lakukan untuk menghncurkan islam,,, 
               




Muliakanlah Para Ulama

Ulama adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt dengan ilmu serta mereka pewaris Nabi dalam menjaga, mensyiarkan dan berdakwah mengenai Islam. Mensyiarkan pengetahuan pada seluruh manusia untuk tetap berpegang teguh kepada al-Quran dan Hadits. Sehingga kita tidak dapat menolak peran mereka dalam mendidik dan mengajarkan ilmu agar umat dapat memilah diantara baik dan buruk.  
Rasulullah saw. bersabda;
                                                                  اكرم العلماء فإنّهم عند الله كرماء مكرمونوقال صلى الله عليه و سلم                                           

“Hendaklah kamu semua memuliakan ulama karena mereka itu adalah orang-orang yang mulia menurut Allah dan dimuliakan.’’
Sungguh mulia para ulama, maka tak ada alasan untuk tidak menghormati dan mencintai mereka sebagaimana Allah swt. telah memuliakannya. Dan mereka dipilih untuk memberikan pemahaman mengenai al-Quran dan Hadits karena dalam memahaminya kita tidak dapat memahamkan diri sendiri secara langsung. Seperti dalam firman Allah swt. (Q.S an-Nahl: 43)
                                             وما أرسلنا من قبليك إلا رجالا نوحى إليهم فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون                      

 “Dan Kami tidak mengutus sebelum Engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Dengan peran dan dedikasi para ulama untuk keberlangsungan Ilmu Islam tersebut maka kita dapat menghirup udara Islam dan tetap memegang teguh Islam hingga saat ini. Kita dapat mengambil manfaat dari mereka bukan berupa peran melainkan kita sebagai muslim dapat mengikuti ajaran-ajarannya melalui perkataan-perkataan yang mengandung nasehat. Seperti dalam sebuah riwayat Ath-Thabrani, mengenai anjuran untuk bergaul dengan para ulama.
                                  جالسواالكبراء و سئلواالعلماء و خاطواالحكماء                                                                                       
“Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para kubara dan bertanyalah kepada para ulama serta dekatlah kalian dengan para hukama.’’

Ungkapan tersebut menjelaskan untuk berkumpul bersama para ulama agar kita dapat mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan. Dan kita dapat mengikuti akhlak mereka serta dapat mengambil perkataan-perkataan yang mengandung hikmah, ilmu dan nasehat.

Rasulullah saw bersabda.
إنّ العلماء ورثة الأنبياء,إنّ الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما,إنّما ورثوا العلم فمن أخذ به فقد أخذ بحظ وافر
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ad Darimi dan Abu Dawud).

Dalam riwayat ini menjelaskan tentang para ulama merupakan pewaris Nabi sebagaimana Nabi mewariskan ilmu bukan harta benda. Dan mereka akan meneruskan pengajaran mengenai syariat Islam kepada umat. Dan bagaimana jika umat Islam tidak ada para ulama karena wafatnya mereka dipercaya menjadi sebuah musibah bagi muslim. Mengapa?.
و قال سعيد بن جبير- رحمه الله-عندما سئل عن علامات الساعة و هلك الناس؟قال (إذا ذهب علماؤهم)
               
Dari sini, Said ibn Jubair ra. menghubungkan antara meninggalnya ulama dan rusaknya manusia. Sesungguhnya jika ulama meninggal maka meninggal pula ilmu maka disisakan sebuah kebodohan. Maka, orang bodoh akan merusak dirinya sendiri dan merusak orang lain. Dia merusak dirinya dengan kebodohan dan merusak orang lain dengan fatwanya yang bodoh (tanpa ilmu).

Maka, setelah kita mengetahui sedikit tentang peran para ulama sebaiknya kita sebagai muslim untuk mulai mendekatkan diri kepada mereka dan selalu memuliakan mereka dengan mendengarkan nasehat-nasehat. Mengikuti segala kebaikan yang mereka cerminkan karena mereka akan menuntun kepada jalan yang diridlai oleh Allah swt. Wallahu a’lam bi ash-Shawab.

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget