Halloween Costume ideas 2015

Metodologi Dakwah Al-Azhar

METODOLOGI DAKWAH
Oleh: Muhammad Syafi`i Tampubolon
Prolog[1]

Alhamdulillah kita ucapkan atas segala karunia yang telah diberikan Allah kepada kita, baik itu berupa keberhasilan serta kegagalan yang kita terima dalam menempuh kehidupan ini. Yang lebih patut lagi kita syukuri adalah perintah Allah untuk mengucapkan dua kalimah syahadat yang diberikan kepada kita sebagai label ucapan tanda keislaman, sebab dua kalimah tersebut adalah awal yang mensyahkan bahwa kita adalah orang-orang yang telah menerima islam.


Setelah kita mengucapkan dua kalimah tersebut, maka pemaknaan dari dua kalimah tersebut harus dipahami agar kita menjadi orang-orang islam yang berdua kalimah syahadat secara pelafaz-an dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Sholawat dan salam marilah senantiasa kita ucapkan, baik dari sisi lafziah atau amalan keseharian, agar nantinya itu menjadi sebuah wasilah untuk mendapatkan syafaat beliau.
Penulis sangat bersyukur sekali setalah memahami makna dakwah yang sebenarnya, sehingga disini penulis ingin berbagi kepada kawan-kawan. Dikarenakan satu visi dan misi dan juga memang nantinya itu adalah tugas kita sekembalinya ketanah air.
Semua isi tulisan ini adalah kutipan dari diktat penulis ditingkat satu ushuluddin, dikarenakan dirasa perlu hingga akhirnya penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai panduan dasar didalam berdakwah, menurut hemat penulis, dengan adanya tulisan ini mungkin bisa memotivasi para da`i untuk meningkatkan kualitas dakwah dan keilmuan.
 Begitupun penulis tidak akan luput dari yang namanya kekhilafan dan kesalahan, mohon kritik dan saran jika nantinya dirasa ada hal-hal yang kurang berkenan.
***

Tata Cara Berdakwah menurut Islam

Setiap bentuk Proses Komunikasi itu ada tatacara yang mengaturnya, seperti proses ajar mengajar, disana dibutuhkan yang namanya:

1- Guru.
2- Murid.
3- Permasalahan ilmu yang akan dibahas.

Setiap bentuk proses Informasi itu ada juga tatacara-nya. Seperti proses Informasi, disana dibutuhkan yang namanya:

1-  Pemberi informasi.
2-  Orang yang menerima informasi.
3-  Informasi.
4-  Alat informasi.
5-  Cara menyampaikan informasi.

Begitu juga halnya dengan sebuah keyakinan (Iman), keyakinan itu tidak akan berlangsung tanpa adanya dasar atau tatacara beriman, begitu juga halnya dengan Islam, jadi, Iman dan Islam itu memiliki keterkaitan dengan Syarat dan Rukun. Dikarenakan iman dan islam itu keterkaitannya sangat erat, jika ada salah satu yang timpang maka akan didapati tentunya kecacatan. Dan itu tidak diinginkan.
***
Proses Dakwah Islamiyah

Proses dakwah islamiyah itu adalah: "Sebuah proses yang berhubungan antara Pendakwah dan yang didakwahi dalam hal penyampaian dakwah". Maka dengan begitu tatacara daripada proses dakwah ini didasari dengan tiga rukun, diantaranya:

1- Dakwah (الدعوة)
2- Pendakwah (الداعي)
3- Yang didakwahi (المدعو)

Maka apabila seorang pendakwah ingin menyampaikan dakwahnya ia harus menggunakan Metodologi (الأسلوب) yang jelas agar dakwah yang disampaikan kepada yang didakwahi sampai seperti yang diinginkan, maka bertambahlah rukun proses dakwah menjadi empat.
Kemudian proses dakwah itu tidak lengkap jika tidak ada Prasarana (الوسيلة). Sehingga bertambah pula rukun dakwah itu menjadi lima.

Adapun dasar-dasar dakwah yang lima itu akan menjadi sumber proses didalam berdakwah. Adapun sumber yang lima itu sudah disepakati oleh para peneliti keilmuan kitab yang membahas tentang ilmu cara berdakwah.
Pada waktu yang sama disana akan terdapat beberapa permasalahan yang kontradiksi, misalnya: Pengaruh (الأثر) dan Tujuan (الهدف). Dan saya[2] perhatikan kedua masalah ini tidak cukup untuk arena dakwah, dan akan tetapi keduanya itu bukanlah sumber/rukun, tetapi keduanya itu hanyalah sebagai syarat saja. Karena syarat itu posisinya berada diluar esensi, sedangkan rukun itu adalah bahagian daripada esensinya, contohnya seperti "Wudhu" dan "ruku`" ketika sholat. Adapaun wudhu itu adalah syarat yang berlaku diluar sholat. Adapun ruku` (rukun) itu didalam sholat.
Adapun seorang pendakwah itu kadang kala ketika melakukan tugasnya sebagai da`i bisa jadi tidak sempurna, kenapa? Karena terlalu berharap kepada yang namanyaperubahan atau kesan dan kemudian terlalu membenar-benarkan dakwahnya agar sampai kepada tujuan. Adapun pengaruh dan pembenaran tujuan itu diluar permasalahan daripada penyampaian dakwah tersebut, keduanya itu adalah dari Allah Swt. Sebagaimana firmanNya:
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qosos:56)
***
Pembahasan Dakwah

Silabus materi.
1-      Dakwah menurut bahasa.
a)      Etimologi.
b)     Terminologi.
c)      Permasalahan Dakwah.
d)     Ke-khusus-an dakwah.
e)      Kemaslahatan Dakwah.
f)       Tingkatan Dakwah Dan Yang Didakwahi.

2-      Da`i
a)      Tugas seorang da`i.
b)     Intropeksi Diri Seorang Da`i.
c)      Sifat Dan Perangai Seorang Da`i.

3-      Yang didakwahi
a)      Hak yang didakwahi.
b)     Klasifikasi Yang Didakwahi.
c)      Jumlah Yang Didakwahi.
d)     Kewajiban Yang Didakwahi.

4-      Metodology Dakwah
a)      Metodologi secara terminologi.
b)     Metodologi Secara Etimologi.
c)      Proses Praktek Keberhasilan Metodologi.


5-      Sarana Dakwah
a)      Defenisi Wasilah Menurut Para Mufassir Dan Muhadits Secara Terminologi.
b)     Definisi Wasilah Menurut Ulama Dakwah Secara Etimologi
c)      Pemahaman prasarana dakwah.
d)     Perbedaan prasarana (الوسيلة) dan metodologi (الأسلوب).
e)      Bentuk-bentuk wasilah dakwah.
***
1- Dakwah Menurut Bahasa

a)     Dakwah Secara Etimologi

Subjek dakwah secara etimologi adalah kalimat Isim masdhar (دعاءً) yang bersumber dari kalimat دعا (Fi`il madhi) يدعو (Fi`il mudhori`) دعاءً (Isim masdhar). Sehingga secara mutlak kalimat-kalimat tersebut memiliki beberapa makna, diantaranya:

1-      Doa (الدُعاء)
2-      Pertanyaan (السُؤَل)
3-      Seruan (الأذان)
4-      Tuntutan (الطلب)
5-      Menganjurkan kepada sesuatu (الحثّ على الشئ) dan selainnya.

Adapun makna yang dinginkan dari beberapa makna yang telah disebutkan adalah: "Tuntutan dan Anjuran". Maka adapun sifat dari dakwah itu adalahtuntutan, apa yang dituntut dari orang yang didakwahi?, yang dituntut adalah "Yang didakwahi agar masuk kedalam agama islam dan mau beriman". Setelah mereka masuk kedalam agama islam maka dianjurkan untuk mempraktekkan islam tersebut didalam kehidupan keseharian. Kemudian keberlanjutannya tugas seorang da`i itu memaparkan apa itu islam dengan cara apa saja dan juga menggunakan metodologi yang tidak keluar dari aturan Syari`at.

b)     Dakwah Secara Terminologi

Kalimat dakwah secara terminologi memiliki beberapa makna, diantaranya:

1-      Islam.
2-      Publikasi dan Penerapan.

Para Ulama dan para Peneliti memberikan makna dakwah secara Pempublikasian dan penerapan itu memiliki beberapa definisi, diantaranya:

1-      Pendakwah-an untuk beriman kepada Allah Swt, kemudian mempercayai apa yang didatangkan kepada semua para utusan Allah dan membenarkan semua bentuk berita yang dibawa mereka dan mentaati apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.

2-      Seorang pendakwah dikategorikan bisa memberikan nasehat dan mengarahkan orang-orang islam kepada kebenaran sesuai dengan berjalannya masa. Kemudian pendakwah memberikan sebuah harapan kepada yang didakwahi bahwa agama islam itu adalah sebuah keyakinan dan tujuan. Disamping itu juga pendakwah memberikan peringatan yang harus diwaspadai kepada yang didakwahi tentang orang-orang non muslim dengan cara yang lebih khusus.

3-      Menganjurkan untuk berbuat baik, kemudian memberikan warning untuk menjauhi sebuah keburukan, kemudian memerintahkan untuk mengerjakan yang ma`ruf dan mencegah dari hal-hal yang mungkar, kemudian menganjurkan untuk mencintai yang sifatnya mencari amal yang memiliki fadhilah, kemudian jera untuk melakukan hal-hal yang tercela dan mengikuti hal-hal yang haq dan menjauhi yang bathil.

4-      Seorang pendakwah memiliki spesifikasi untuk berdakwah kepada seluruh manusia pada setiap kali ada kesempatan agar yang didakwahi mengikuti jejak rasulullah S.a.w serta mengikuti rasulullah baik dari sisi cara berbicara, praktek berbuat serta cara hidup yang islami.

5-      Menyampaikan agama islam kepada manusia dan mengajari mereka tentang apa itu agama islam kepada mereka serta menerapkannya didalalam kehidupan sehari hari.

c)     Permasalahan Dakwah

Adapun permasalahan dakwah disini adalah tentang agama islam, sebagaimana firman Allah Swt:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Ali-Imran:19.
Kemudian firman Allah:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Ali-Imran: 85.

Ini adalah rincian hadits Jibril Alaihissalam kepada rasulullah tentang pengertian dari rukun Islam[3] dan rukun Iman[4]. Adapun makna dari ihasan itu adalah: Bahwa engkau beribadah semata-mata kepada Allah seakan-akan engkau melihat Allah, jika hal itu tidak terjadi, percayalah bahwa Allah itu pasti melihat engkau.

d)     Ke-Khusus-An Dakwah

Didalam berdakwah itu ada beberapa hal materi yang khusus untuk disampaikan, diantaranya adalah:

1-      Rubbaniyah. Makna dari Rubbaniyah itu adalah: Sesungguhnya agama Islam itu adalah dari Allah Swt.

2-      Syumuliyah. Makna syumuliyah itu adalah: Sesungguhnya agama Islam itu mencakup seluruh peraturan hidup manusia, seperti: Peraturan cara berperangai, Undang-undang kemasyarakatan, Lembaga hukum, Kewarganegaraan, Perekonomian, Kemiliteran, Undang-undang bagi para penjahat dan cara menghukum. Semua itu ditegakkan atas dasar kesejahteraan, keadilan yang penuh berperi kemanusiaan.

3-      Umum. Makna umum disini adalah: Sesungguhnya dakwah islamiyah itu mencakup kepada seluruh makhluk hidup, termasuk juga jin, dan penerapannya sesuai dengan situasi, kondisi dan waktu. Sebagaimana firmanNya:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua. Al-A`rof: 158.

4-      Imbalan. Imbalan disini maknanya adalah: Sesungguhnya sifat dari dakwah itu memiliki zat, yaitu imbalan atas perbuatan kita didunia dan diberikan balasanya diakhirat kelak.

5-      Tauladan dan Realita. Maknanya adalah: Sesungguhnya Islam itu sebagai tempat tumpuan yang tingkatanya lebih tinggi, yang didatangkan kepada manusia yang kemungkinan bisa akan menyempurnakan manusia itu dari sisi kemanusiaan. Ini adalah makna dari Tauladan secara islamiyah. Namun realita yang terjadi sekarang itu adalah: "Islam itu bukan menjadi penawar bagi manusia" dan begitulah realita yang terjadi, artinya: Apa yang diperintahkan islam tidak sama dengan apa yang dilaksanakan pemeluknya. Ini adalah sudut pandang dari makna realita islam itu sendiri. Harusnya kita sebagai umat yang beragama islam bisa menunjukkan kepada dunia ini bahwa realita islam itu adalah benar dan seperti yang dikatakn didalam Al-quran dan sunnah nabawiyah.

6-      Moderat. Maknanya adalah: “Seimbang dan dapat menyeimbangkan”. dalam hal ini dari sisi keyakinan, peribadahan, perangai dan Undang-undang. Sebagaimana firmanNya:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Al-Baqoroh: 143.

e)     Kemaslahatan Dakwah

Adapun kemaslahatan dakwah itu akan kembali kepada manusia itu sendiri nantinya, adapun kemaslahatan dakwah itu akan didapati dari sisi memperkecil ruang lingkup perbuatan manusia yang bersifat keji dan hal-hal yang merisaukan sesama manusia yang itu bisa saja terjadi pada setiap kesempatan.
Ibnu Taimiyah berkata: "Sesungguhnya syariat islam itu didatangkan untuk memberikan sebuah kemaslahatan dan itu menunjukkan kesempurnaan islam, serta memperkecil kemungkinan-kemungkinan perbuatan manusia yang bersifat keji[5].

Dapat disimpulkan bahwa dakwah islamiyah itu memiliki tiga topik kemaslahatan, diantaranya:

1-      Menolak hal-hal yang merugikan manusia dari enam sisi, diantaranya:

a)      Merugikan agama.
b)      Merugikan diri pribadi.
c)      Merugikan Akal.
d)     Merugikan keturunan.
e)      Merugikan budaya.
f)       Merugikan harta.

2-      Mendatatangkan kemaslahatan. Sesungguhnya islam itu sudah membuka peluang kemaslahatan dari semua aspek kehidupan dan menutup semua kemungkinan-kemungkinan yang akan menimbulkan yang mengarah kepada hal-hal yang merugikan manusia, baik didunia dan akhirat kelak.

3-      Memperbaiki perangai dan kebiasaan (Adat). Sesungguhnya Al-quran sudah menjawab semua permasalahan-permasalahan kehidupan, yang mana manusia tidak mampu menjawabnya secara universal, Al-quran juga tidak akan pernah luput dari permasalahan-permasalahan duniawi dan ukhrowi, itu semua bisa dirasakan jika menjadikan Al-quran itu sebagai undang-undang didalam kehidupan. Al-quran akan menjadi petunjuk dan penye-imbang tatacara hidup didunia.

Seorang da`i akan mengajak yang didakwahi-nya terlebih dahulu kepada hal-hal yang harus didahulukan yang termaktub didalam rukun islam, rukun iman dan apa itu makna ihsan. Kemudian da`i tersebut menjelaskan apa-apa yang ada didalam Al-quran dan sunnah secara Jelas, Detail dan terperinci dalam hal yang membahas tentang Keyakinan, Peribadahan, Berinteraksi dengan sesama makhluk dan Perangai. Yang mana semua itu bisa menolak hal-hal yang mungkin dapat merugikan manusia tanpa disadari, kemudian hasil dari seruan itu akan menghasilkan sebuah kemaslahatan seperti yang diinginkan dengan cara meng-aplikasikan perangai-perangai yang mulia dan pada akhirnya kemaslahatan dakwah akan dapat terealisasikan.

f)      Tingkatan Dakwah Dan Yang Didakwahi

Al-quran telah memberitahukan tingkatan-tingkatan dakwah menurut kapasitas manusia, sebagaimana firmanNya:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. An-nahl: 125.

FirmanNya lagi:
وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَاوَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". Al-ankabut: 46.

Dengan dua ayat diatas jelaslah bahwa tingkatan dakwah itu ada empat, diantaranya:

1-      Dengan cara hikmah.
2-      Dengan cara memberikan nasehat yang baik.
3-      Membantah dengan cara yang baik.
4-      Berdebat dengan cara yang baik.

Metode yang empat ini adalah gambaran level dalam berdakwah yang sesuai dengan metode-metode yang biasa terjadi dilakukan.
Semua metode itu disesuaikan dengan levelnya, adapun penyesuaian metode tersebut sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1-      Ada orang yang cerdas dan dianggap bisa menerima kebenaran kemudian dia tidak akan menentang dan tidak pula enggan dengan kebenaran itu. Dengan begitu seorang da`i bisa mendakwahinya dengan cara menggunakan keilmu-an, praktek dan bisa meyakinkan. Insyaallah orang tersebut akan menerima isi dakwah itu dan meng-aplikasikannya didalam kehidupannya, sebab orang itu sudah menerima dakwah yang penuh dengan hikmah.

2-      Ada orang yang bisa menerima kebenaran, yang mana kebenaran itu sudah biasa dilihat dan dirasakan. Akan tetapi orang tersebut masuk kedalam kategori lalai dan juga suka mengulur-ulur waktu untuk menerima sebuah kebenaran. Itu disebabkan karena hawa nafsunya selalu menghalang-halangi untuk mengikuti kebenaran. Dengan begitu seorang da`i dapat mendakwahinya dengan cara menasehatinya dengan baik dan memberitahukan kepadanya bahwa didalam kebenaran itu ada kesenangan, dan didalam kesalahan itu ada ancaman dikarenakan adanya hawa nafsu yang menghalang-halangi untuk menuju kebenaran untuk menjadi orang yang baik menurut pandangan Allah.

3-      Ada orang yang benar-benar menentang sebuah kebenaran. Maka seorang da`i mendakwahinya dengan cara berdebat, tapi debat disini dalam konteks dan metode yang baik dan bukan dengan cara emosi atau menegangkan urat leher.

4-      Ada orang yang jholim dan sangat menentang kebenaran itu, sudah berulang kali didakwahi namun tidak juga bisa menerima kebenaran dan malah menjholimi da`i, maka untuk orang ini boleh menggunakan kekuatan, itupun jika memungkinkan, adapun kekuatan disini bisa berbentuk peringatan, bisa menggunakan aparat pemerintah dan bisa juga dengan cara berjihat, namun jihad disini dikomandoi oleh seorang pemimpin yang memang pantas menurut Al-quran dan sunnah.

Ini adalah sebahagian perkara-perkara yang berkaitan dengan masalah dakwah yang wajib diketahui oleh da`i, sudah sepantasnya seorang da`i itu fakih dan alim dalam segala aspek, sebab dengan begitu kefakihannya dan kealimannya akan menolong dirinya dalam hal berdakwah menyampaikan kebenaran yang diinginkan oleh Allah Swt.
***
2- Da`i

Tugas seorang da`i itu adalah menyampaikan risalah dakwah kepada yang didakwahinya. Kami akan menyebutkan disini beberapa hal tugas-tugas penting bagi seorang da`i, baik itu dari sisi pengintropeksi-an diri pribadi dan rambu-rambu sebagai seorang da`i serta perangai seorang da`i. Sebagaimana yang tertera dibawah ini:

a)     Tugas seorang da`i

Adapun tugas seorang da`i sama halnya dengan tugas para nabi-nabi. Semua para utusan Allah itu yang akan dijadikan sebagai tolak ukur didalam berdakwah. Namun tolak ukur yang sudah memang mumpuni dan sudah mewakili dari semua para utusan itu adalah rasulullah Muhammad S.a.w. Sebagaimana firmanNya Allah Swt:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا.
Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Al-ahzab: 45-46.

kemudian firmanNya:
وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ.
dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. Al-haj: 67.

Kemudian firmanNya:
وَلا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Al-qashas: 87.

Kemudian firmanNya:
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلا أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ
"Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". Ar-ra`d: 36.

Seluruh ummat manusia itu punya hubungan erat dengan para utusan Allah dalam hal mengemban risalah dakwah. Semua ayat-ayat diatas itu memerintahkan rasulullah Muhammad S.a.w untuk mengemban dakwah kepada seluruh umat manusia dan disana juga termasuk kaum muslimin tanpa ada yang terkecuali untuk meneruskan risalah rasulullah. Ayat itu memang ditujukan kepada rasulullah, namun kaum muslimin juga termasuk bahagian dari khitob ayat tersebut. Sebagaimana firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Ali-imran: 110.

Sesungguhnya ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah Swt. Memerintahkan amar ma`ruf dan nahi mungkar itu adalah tugas para da`i yang memiliki sifat mu`min, artian katanya adalah: “Hanya orang-orang berimanlah yang pantas jadi da`i-da`i-nya Allah Swt”. Untuk menyampaikan risalah ketuhanan. Kemudian prinsip ini dikukuhkan oleh Allah dengan firmanNya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ  
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar. At-taubah: 71.

Jelaslah bahwa orang-orang yang mengemban amanah sebagai da`i itu semua orang-orang muslim menurut kemampuan masing-masing, baik dari segi kemampuan ilmunya yang terbatas, minimal dapat mendakwahi pribadi masing-masing, sebab hanya sebatas itu kemampuannya untuk berdakwah.
Yang perlu digaris bawahi adalah: "Kewajiban Tugas da`i itu bukanlah hanya ditekankan kepada para ulama saja", akan tetapi kewajiban dakwah itu diwajibkan kepada seluruh kaum muslimin tanpa terkecuali menurut kemampuan masing-masing. Hanya saja yang memiliki tugas untuk merincikan dan menjelaskan islam, hukum-hukum islam, makna-makna islam secara detail dan permasalahan-permasalahan penetapan dan menetapkan sebuah hukum itu secara detail adalah tugas para pendakwah yang sudah memang dianggap mumpuni dan profesional dalam hal bidangnya sebagai pendakwah. Sebab, sebagai seorang da`i yang mengemban amanah risalah dakwah itu memang harus mampu memecahkan permasalahan-permasalahan ummat secara detail, baik itu dari sisi argument-argument (Dalil), Ataupun permasalahan-permasalahan yang mendasar dan furu`iyah-furu`iyahnya dari sisi perkembangan masa kemasa. Sebagaimana firman Allah:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". Yusuf: 108.

Maka jelaslah bahwa Allah sangat menekankan sekali agar kita ummat muslim mengikuti jejak rasulullah Muhammad Saw, sebab semua para utusan Allah itu berdakwah semata-mata dibawah wewenangNya Allah Swt. Semua utusan Allah itu memiliki rasa perhatian kepada kaumnya, terlebih-lebih rasulullah Muhammad S.a.w. Yang menumpukan segala perhatianya kepada ummat manusia ini tanpa terkecuali, sebab rasulullah itu rahmatan lil`alamin. Rasulullah itu berdakwah mengunakan perasaan (بصيرة), ilmu dan keyakinan, sudah sepantasnya pula kita mengikuti jejak dan metodologi beliau dalam hal berdakwah.

b)     Intropeksi Diri Seorang Da`i

Sebagai seorang da`i sudah seharusnya lebih sering mengintropeksi diri pribadi daripada keseringannya mengitropeksi orang yang didakwahinya, sebab, seorang da`i itu harus selalu berhubungan dengan Allah Swt. Seorang da`i itu sudah sepantasnya membutuhkan Allah Swt ketika mengintropeksi dirinya, adapun pengintropeksi-an disini ada beberapa hal, diantaranya:

1-      Seorang da`i harus paham betul dengan segala unsur-unsur keilmuannya sebelum seorang da`i itu mempraktekkan dan menerapkannya didalam kehidupan kesehariannya. Seorang da`i harus lebih sering mencermati (Tadabbur) makna-makna yang terkandung didalam Al-quran dan hadits rasulullah, kemudian da`i tersebut harus benar-benar paham hasil dari makna tadabbur yang dilakukannya. Setelah seorang da`i memahaminya, kemudian mempraktekkannya, setelah itu baru diterapkan kepada yang didakwahinya dengan menggunakan metodologi yang tepat sebagaimana yang diinginkan Allah dengan mengunakan argumentasi Al-quran, hadits, qiyas dan ijma` para ulama ahlul sunnah wal-jama`ah, baik itu yang berkaitan dengan tujuan kehidupan dunia dan akhirat. Kemudian tidak harus mengatakan semua yang diketahuinya, namun ia mengetahui apa yang dikatakan dan disampaikannya kepada yang didakwahinya.

2-      Seorang da`i sudah merasakan pengaruh dari manisnya keimanan yang dirasakannya dikarenakan mencintai Allah dan rasulNya dengan segenap cinta yang dimilikinya. Itu semua didapati dari rasa takut dan harapnya seorang da`i kepada Allah dan mengikuti jejak-jejak rasulullah didalam setiap nafas dan langkahnya ketika mengarungi bahtera kehidupan dunia ini dalam hal melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang da`i.

3-      Seorang da`i selalu menghubungkan segala perkaranya kepada Allah Swt. Dan senantiasa berserah diri (Tawakkal), selalu memohon pertolonganNya, selalu ikhlas dalam mengamban tugas dan senantiasa jujur dalam perkataan dan perbuatannya.
  
c)     Sifat Dan Perangai Seorang Da`i

Seorang da`i sudah seharusnya berperangai dan memiliki sifat-sifat yang begitu mulia dan juga sangat islami, sebab itu adalah memang perintahnya Allah Swt dan rasulNya yang tertuang didalam Al-quran dan hadits.
Ada beberapa hal yang memang sangat ditekankan sekali didalam kepribadian seorang da`i dan itu sifatnya berkesinambungan, diantaranya adalah: "Ikhlas danjujur" didalam berdakwah dengan mencurahkan segenap perhatianya semata-mata karena Allah, kemudian "Sabar, Lemah lembut, Penyantun, Pemaaf, Selalu merendahkan diri (Tawadhu`), Penurut, Lunak, Menutup aib saudaranya, Amanah, Memiliki pengaruh, Pemberani, Cerdik, Memiliki rasa malu yang terpuji, Murah hati, Takwa, Memikirkan nasib ummat, Terarah, Menghargai waktu, Memuliakan Islam, Beramal terlebih dahulu sebelum didakwahkan, Zuhud, Waro`, Istiqomah, Mengerti untuk mengarahkan orang yang didakwahi, Punya tujuan, Adil, Mensyi`arkan agama Allah dan tetap pada pendirian, Menggunakan metodologi dakwah sesuai dengan kemampuan yang didakwahi, Mengerti mana yang harus didahulukan diantara yang penting dan yang lebih penting dan selainnya" sebagaimana yang telah dilakukan oleh rasulullah selama berdakwah. Sebab ketika rasulullah mengutus Mu`az bin Jabal kenegeri Yaman rasulullah memerintahkan agar pendakwah berjiwa seperti diatas.

Sudah seharusnya seorang da`i menjauhi keterbalikan perangai yang telah disebutkan diatas, sebab perangai yang telah disebutkan diatas harus senantiasa diperhatikan olehnya sebab itu sangat penting sekali, disamping itu juga seorang da`i harus mengerti aturan tatacara meletakkan sesuatu itu pada tempatnya. Sehingga pada akhirnya sampailah dakwah seperti apa yang diinginkan oleh Allah.

Tentang hal yang sedemikian itu beberapa para ulama islam memberikan beberapa komentar, diantaranya:

1-      Berkata sahabat rasulullah Sofyan Tsauri: "Tidaklah seseorang itu diperintahkan amar ma`ruf nahi mungkar kecuali dengan: Lemah lembut dalam hal memerintahkan yang ma`ruf kemudian seimbang antara penyampai (Da`i) dan yang disampaikan (dakwah dan yang didakwahi), dan lemah lembut dalam hal mencegah yang mungkar dan seimbang penyampai dan yang disampaikan ketika mencegah sebuah kemungkaran".[6]

2-      Berkata Imam Muqoddasy: Sebahagian orang-orang salaf berkata: "Tidak akan pernah terlaksana amar ma`ruf  kecuali dengan cara yang lemah lembut disertai dengan kesabaran serta mengerti kondisi yang sebenarnya dan begitu juga halnya dalam hal mencegah sebuah kemungkaran”.[7]

3-      Berkata syaikhul islam Ibnu Taimiyah: "Ketika melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar harus ada tiga hal , 1). Ilmu. 2). Lemah lembut. 3). Sabar setelah melakukan amar ma`ruf nahi mungkar. Ketiga hal ini harus diterapkan dalam segala kondisi[8]". Para ulama sudah menjadikan ketiga bentuk ini menjadi syarat ketika melakukan amar ma`ruf nahi mungkar, kemudian disana ditambahkan pula "Lemah lembut, Seimbang perbuatan da`i dan dakwah yang akan disampaikan kepada yang didakwahi (Adil), lemah lembut, Faqih dan sabar ketika menyampaikan dan menunggu hasil perubahan.

4-      Berkata Ibnu Al-Qoyyim: "Dalam hal mengingkari sebuah kemungkaran itu ada empat tingkatan, diantaranya:

a.       Menjauhi dan tidak menyukai hal-hal yang mengarah kepada kemungkaran.

b.      Memperkecil atau mempersempit ruang lingkupnya, jika memang tidak mampu untuk menghilangkannya secara sekaligus.

c.       Memungkiri hal-hal yang menyerupai kemungkaran.

d.      Memungkiri hal-hal yang bisa menyebabkan kemungkaran yang pada akhirnya bisa menimbulkan kejahatan dari penyebab-penyebab tersebut.

Yang a) dan b) adalah hal yang mengarah kepada syariat. Kemudian yang c) itu adalah masalah kesungguhan dan yang d) adalah dalam hal-hal yang diharamkan[9].

Jika memang seorang da`i sudah mengerti dan melaksanakan dari pemaparan yang pertama hingga yang terakhir, insyaallah da`i telah berhasil menjadikan dirinya dan yang didakwahinya menjadi manusia-manusia yang islami seperti yang diinginkan oleh Allah Swt. Allahu `alam.
***
3- Yang Didakwahi

Yang didakwahi itu adalah: “Orang-orang yang menerima dakwah dari seorang da`i” yang dimaksud dengan dakwah disini adalah risalah ketuhanan. Insyaallah kami akan mencoba membahas tentang hak dan kewajiban yang didakwahi, cara mengklasifikasikan yang didakwahi dan jumlah orang yang didakwahi.

a)     Hak yang didakwahi

Seorang da`i sudah mengetahui bahwa mendakwahkan islam itu kepada semua makhluk (Termasuk jin) pada setiap waktu dan kesempatan hingga hari kiamat kelak. Dakwah itu disampaikan kepada semua makhluk dan tidak pandang bulu[10]. Kemudian hak yang didakwahi itu adalah didatangi dan didakwahi. Seorang da`i tidak boleh duduk dirumah untuk menunggu orang yang akan didakwahi agar mendatanginya. Sedangkan rasulullah saja keluar dan mendatangi orang-orang untuk didakwahi agar rislah keislaman itu sampai kepada masyarakat umum.
Seorang da`i tidak boleh meremehkan keadaan orang yang didakwahi dan apalagi menganggap enteng permasalahan mereka. Sebab hak-hak orang yang didakwahi itu adalah diseru dan da`i harus mendatangi mereka.

b)     Klasifikasi Yang Didakwahi

Klasifikasi yang akan didakwahi itu sangatlah banyak, maka akan kita pecah dalam beberapa kelompok, diantaranya:

1-      Kafir lagi pembangkang. mereka ini adalah golongan orang-orang yang mensekutukan Allah yaitu sebahagian orang Yahudi dan Nasrani.

2-      Munafik. Mereka ini adalah golongan-golongan dari orang-orang islam yang butuh kepada didikan dan pendidikan islam.

3-      Pemaksiat. Mereka ini adalah golongan orang-orang islam yang suka menyalahi kodrat akal, perbuatan dan kesehatan.

4-      Lembaga kemasyarakatan. Ini adalah dari golongan islam yang mengatakan: Ini lebih islami budayanya, ini tidak tahu apa-apa, ini yang lebih berpengaruh, ini kaya, ini miskin, ini benar, itu salah, lembaga sianu lagi sakit, ini lembaga orang arab dan itu lembaga ajamy.

Maka kehadiran seorang da`i ditengah-tengah golongan-golongan seperti ini bisa menjadi penawar dan sekaligus bisa menjadi hakim dan pemberi hikmah dari segala aspek. Jika diperumpamakan dai itu adalah dokter, maka dakwahnya adalah obat, sedangkan pasiennya adalah golongan-golongan tersebut. Sebab seorang dokter lebih mengetahui dosis serta resep obat yang akan diberikan kepada pasiennya sesuai dengan penyakit yang diderita.
Seorang da`i sudah sepantasnya memulai sedini mungkin secara bersamaan dengan yang didakwahinya dan melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1-      Berawal dari pribadi sipenda`i. Ia harus memperbaiki kepribadian, watak dan pemahamannya, sebab semua itu akan menjadi panutan bagi yang didakwahi.

2-      Berawal dari rumah tangga. Seorang da`i harus memperbaiki internal secara menyeluruh selama itu masih ada hubungan darah. Hingga pada akhirnya keluarga da`i yang dekat ataupun yang jauh akan terlihat islami dan bertakwa kepada Allah Swt.

3-      Kemudian berangkat kemasyarakat setelah internal-nya baik. Sebab sudah saatnya menghancurkan kemungkaran-kemungkaran dengan menggunakan metodologi hikmah. kemudian memperbaiki kerusakan-kerusakan dan kekhilafan-kekhilafan kaum muslimin yang menyebabkan perpecahan hingga menjadi berkelompok-kelompok.

4-      Kemudian mendakwahi non muslim dengan menggunakan metodologi “kebenaran” (Haq) menuju sebuah “syari`at” islam, sehingga tidak akan ada lagi fitnah dimuka bumi ini sehingga semuanya bisa beragama islam.

c)     Jumlah Yang Didakwahi

Orang yang didakwahi bisa jadi secara personal atau lebih, atau bisa juga secara bilangan yang cukup kecil bilangannya, atau juga bisa dalam bentuk bilangan dan jumlah yang cukup besar. Semua itu akan diklasifikasikan dalam hal berikut ini, diantaranya:

1-      Personal. Hal ini bisa dilakukan dikantor-kantor bank, dimadrasah atau bahkan diuniversitas.

2-      Kelompok kecil. Hal ini bisa dilakukan dalam sholat berjama`ah.

3-      Kelompok besar. Dakwah ini bisa dilakukan melalui media informasi, seperti radio-radio, televisi dan internet. Atau media cetak seperti koran-koran dan majalah-majalah.

4-      Kewajiban Yang Didakwahi

Adapun kewajiban yang didakwahi dan sipendakwah itu sama. Yaitu sama-sama berdakwah, sama-sama menerima kebenaran dan sama-sama istiqomah. Allahu `alam.
***
4- Metodologi

a)     Metodologi Secara Etimologi.

Secara etimologi makna metodologi itu sangat ditekankan kedalam beberapa makna, seperti:

1-      Thoriqoh atau Jalan dan cara yang ditempuh.

2-      Thoriqoh dan Mazhab. Contohnya seperti engkau katakan kepada seseorang: “Engkau menggunakan metodologi yang tidak benar, Saya mengikuti metodologi sifulan dalam hal ini”. Artinya adalah: Seorang penulis dalam hal penggunaancara (Thoriqoh) dan tendensi (Mazhab) dalam hal menulis[11].

3-      Seni. Seorang seniman berkata: “Kami menggunakan metodologi seni/retorika berbicara”. Maksudnya adalah bentuk retorika berbicara.

Adapun makna kalimat seni secara etimologi: “Keadaan, kewajiban daripada sesuatu, menghiasi, variasi, keahlian”[12].

Setelah kita cermati makna-makna diatas, maka dapat disimpulkan makna metodologi itu adalah: “Jalan, cara, keadaan, seni, variasi dalam hal mengutarakan sesuatu dengan indah”.

b)      Metodologi Secara Terminologi

Adapun metodologi dari sudut pandang terminologi itu sangat banyak defenisinya menurut masing-masing keilmuan dan juga dikalangan para pembahas. Salah satu contoh yang bisa diambil dari kalangan para sastrawan, sebab sangat berbeda sekali definisi yang diterapkan oleh kalangan para da`i dan juga para pentarbiyah dengan kalangan para sastrawan. Namun yang diinginkan sekarang itu adalah satu definisi metodologi dari sisi tatacara dan seni.
Definisi metodologi dikalangan sastrawan adalah: “Tatacara menulis dan menyusun kalimat dan lain-lain menurut peraturan yang telah ditetapkan”.

Syaikh Zarqony berkata tentang hal metodologi Al-quran: “Al-quran itu memiliki metodologi tersendiri dalam hal penyusunan kalimat, kata-kata dan lafaz-lafaz[13]”.
Masih diseputar masalah metodologi beliau juga berkata: “Metodologi itu adalah cara penyampaian ungkapan yang digunakan oleh sipembicara dalam hal menyusun ungkapan-ungkapan dan lafaz-lafaz yang dipilih untuk disampaikan”, atau “Sebuah tendensi tatacara mengungkapkan yang digunakan sipenyampai dalam hal penyampaian yang bertujuan agar makna-makna, bentuk asli ungkapan dan seni yang disampaikan itu memiliki aturan tersendiri dalam hal berbicara.

Dr. Ali Abdul halim Mahmud berkata: Uslub dakwah itu adalah: “Thoriqoh atau Mazhab yang nantinya akan mengarahkan para da`i untuk menyampaikan tujuan dakwahnya dengan benar[14].

Seorang penasehat bernama Dr. Ali Jarisyah berkata: “Metodologi itu adalah seni dakwah[15].

Syaikh Bayanuny berkata: Sesungguhnya metodologi dakwah itu adalah: “Cara yang digunakan seorang da`i ketika menyampaikan dakwahnya, atau tatacara pelaksanaan berdakwah[16]”.

Memaparkan dakwah dengan menggunakan metodologi sangat memilikipengaruh dan kemudian para pendakwah harus memiliki rasa keikhlasan ketika berdakwah. Dengan begitu metodologi itu adalah: “Thoriqoh, tatacara, seni menyampaikan dakwah ketika dakwah itu sedang berlangsung”.
Adapun pengaruh dan keikhlasan itu adalah tujuan dalam berdakwah, agar dakwah itu dapat sampai kepada tujuan yang sebenarnya.
Dengan begitu makna metodologi secara etimologi dan terminologi itu serasi dan sejalan, Allahu `alam.

c)     Proses Praktek Keberhasilan Metodologi  

Proses praktek metodologi itu akan berhasil dengan beberapa point-point sebagai berikut:

-          Mewujudkan penawar dan mengetahui keterbatasan yang didakwahi. Sebab seorang dokter akan mengetahui obat dan resep yang akan diberikan kepada pasien dan mengunakan cara pengobatan yang profesional, apalagi dalam hal perkara resep dan obat bagi para pasien yang memiliki penyakit ruhaniyah.

-          Begitu juga dalam hal perkara mengatasi yang didakwahi dan juga mengatasi hal-hal perkara yang samar-samar, memilih waktu dan tempat yang baik,  menjaga keadaan yang didakwahi, membentengi hidayah yang telah didapat dan mengarahkan kebiasaan buruk yang didakwahi.
***
5- Sarana Dakwah

a)     Defenisi Wasilah Menurut Para Mufassir Dan Muhadits Secara Terminologi.

Wasilah secara terminologi adalah: “Sifulan telah menggunakan wasilah untuk menuju Allah Swt. وسل – يوسل – وسلا . Artinya adalah: رغب و تقرب (Berharap dan mendekatkan).
Secara penyebutan makna yang diinginkan dari kalimat yang diatas memiliki pengertian “Hubungan, pendekatan, penempatan dan tingkatan disisi raja, dengan begitu nantinya akan mengeluarkan dua makna, yaitu:

Makna pertama: wasilah menuju Allah Swt. Maksudnya “Ketika seseorang melakukan sebuah ibadah dan menggunakan amalan sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapaun sipelaku disebut dengan wasil (الواسل) artinya: yang berharap (الراغب). Sebagaimana disebutkan dalam sebuah syair arab:
– أري الناس لا يدرون قدر أمرهم *** بلي كل ذي دين إلى الله واسل –

Saya perhatikan kebanyakan manusia itu tidak mengetahui batas kemampuan mereka, padahal setiap orang yang beragama dan untuk menuju Allah itu dibutuhkan wasilah.

Jarjany mendefisikan wasilah itu adalah: “Segala sesuatu yang bisa menghubungkan dan mendekatkan kepada yang lain”[17]. Sebagaimana firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. Al-maidah: 35.
Maka adapun wasilah secara bahasa bisa dikatakan Pendekatan (القربة) dan Posisi(المنزلة).

Makna kedua: Tempat dan kedudukan disisi raja. Dinamai sedemikian itu wasilah dikarenakan didalam surga ada satu tempat yang paling tinggi diberi nama wasilah.

Imam Ibnu katsir berkata: “Wasilah itu adalah satu alam yang posisinya ditempat yang paling tinggi didalam surga, dan tempat itu satu kampung disurga dan pemiliknya adalah rasulullah, disamping itu juga posisinya bedekatan dengan Arsy[18]”.

Sebagaimana ungkapan rasulullah, bahwa rasulullah bersabda: Apabila kamu mendengar Muazzin ketika sedang mengumandangkan azan maka katakan kamulah seperti apa yang dikatakan oleh muazzin kemudian bersholawatlah kamu kepadaku, sesungguhnya barang siapa bersholawat kepadaku satu sholawat niscaya Allah akan bersholawat kepadamu sebanyak sepuluh kali, kemudian jadikan kamulah aku sebagai wasilah, sesungguhnya wasilah itu tempatnya disurga, tempat itu tidak akan diberikan kecuali kepada hamba Allah. Aku mengharapkan kamu juga sepertiku. Maka barang siapa memohon agar aku menjadi wasilah baginya maka kuhalalkan baginya syafa`at[19].
Maka dengan begitu wasilah itu secara bahasa adalah: “Perantara dan pendekatan atau tempat yang tinggi”. Dan adapun makna wasilah secara bahasa dikalangan para muhadditsin adalah: Tempat dan kedudukan.

Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani didalam fathul bari: Secara mutlak wasilah itu adalah suatu tempat yang sangat tinggi, atau juga sesuatu yang akan mendekatkan kepada sesuatu yang besar, maka dengan begitu jadilah ia seperti sebuah harapan yang akan membawa ia kepada harapan itu[20].

Berkata Sandi didalam hasyiah sunan Nasa`i: Wasilah itu adalah tempat yang ditempati oleh raja[21].

Semua ini adalah pendapat-pendapat para ahli hadits tentang makna wasilah yang disebutkan didalam kitab-kitab hadits yang telah diperjelas maknanya secara makna hadits (Rasulullah Muhammad Saw didatangkan sebagai wasilah[22]).

-         Defenisi Wasilah Dikalangan Para Mufassir

Ibnu Katsir berkata: “Wasilah itu adalah satu alat penghubung untuk mendapatkan apa yang diinginkan[23]”.

Rogib Al-asfahani berkata: “Wasilah itu adalah penyampai sesuatu kepada harapan, adapun harapan itu adalah keterkhususan dari wasilah, dikarenakan kandungan wasilah itu adalah pengharapan, kemudian adapun hakikat wasilah itu memperhatikan jalannya sebuah ibadah dengan ilmu, kemudian memilih wasilah yang syar`i, sebab itu adalah pendekatan kepada sang Kholiq”[24].

Imam Qurtuby berkata: “Wasilah itu adalah pendekatan yang dikehendaki dengan cara pendekatan[25]”.

Didalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa wasilah itu adalah: “Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mentaati semua perinyahNya[26]”.

Syaikh Muhammad Rosyid Ridho berkata: “Wasilah kepada Allah itu adalah segala perantara yang digunakan untuk sampai kepada Allah Swt. Artinya apa yang diharapkan agar sampai kepada ridhonya Allah Swt.[27]”.
Maka adapun makna wasilah dikalangan para mufassir itu adalah “Pendekatan (القربة)”.

-         Definisi Wasilah Dikalangan Para Muhaddits

Dan adapun makna wasilah secara bahasa dikalangan para muhadditsin adalah:Tempat dan kedudukan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas (Makna kedua).

b)     Definisi Wasilah Menurut Ulama Dakwah Secara Etimologi

Orang-orang yang menseriusi kitab dan para peneliti dibidang keilmuan dakwah mendefenisikan wasilah dakwah itu dengan berbagai macam definisi, adapun yang termashur adalah:

1-      Wasilah itu adalah: “Apa saja yang diinginkan para da`i untuk menyampaikan dakwahnya seumpama yang bisa menghasilkan manfaat dan berkesan[28]”.

2-      Memperbaiki wasilah untuk sebuah tujuan, atau membiasakan sebuah ungkapan secara maknawiyah dan pemikiran-pemikiran[29].

3-      Hal-hal yang memungkinkan disampaikan oleh da`i untuk menyampaikan dakwah kepada yang didakwahi menurut apa yang biasa dirasakan[30].

4-      Perantara yang digunakan sebagai aplikasi metodologi dakwah itu dari segi perkara-perkara maknawi dan material[31].

5-      Praktek yang dibenarkan menurut tujuan dakwah[32].

6-      Selalu meng-evaluasi wasilah metodologi dakwah[33].

7-      Membiasakan disiplin secara syar`i dan terorganisir[34].

8-      Penyampaian secara universal.

Ini adalah bentuk-bentuk definisi menurut ulama dakwah secara etimologi, namun definisi itu lebih  mendekati definisi para mufassir dari segi terminologi yaituperantara dan pendekatan. Maka dengan begitu disimpulkan wasilah itu secara etimologi adalah: “Perantaraan apa saja yang bisa digunakan untuk menyampaikan dakwah”.

c)     Pemahaman Wasilah Dakwah

Setelah memperhatikan keterangan-keterangan dan definisi diatas, bahwasanya dapat disimpulkan sebagai berikut:

-          Perkara-perkara yang maknawi dan perangkat-perangkat yang berupa materi yang akan dipergunakan oleh seorang da`i dalam hal menukilkan dan menyampaikan sebuah dakwah kepada yang didakwahi itu untuk membawa mereka kepada tujuan dakwah yang sebenarnya.

-          Maka adapun perkara-perkara yang maknawi seperti khutbah dan seni berpidato dapat menggunakan fasilitas dunia informasi, baik itu media elektronik seperti televisi, radio, internet dan media cetak seperti koran, majalah dan lain-lain.

-          Adapun definisi-definisi diatas telah disepakati oleh kalangan para peneliti dan ulama-ulama dakwah, yang mana definisi-definisi itu lebih cenderung kepada pendapat para mufassirin dari sisi makna wasilah secara terminologi, sebab definisi itu adalah kesimpulan dari sebuah penafsiran ayat: وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. Al-maidah: 35.

-          Adapun makna wasilah yang terdapat dalam hadits imam Bukhori (آت محمدا الوسيلة) maknanya adalah Posisi (المنزلة) dan level (الدرجة).

-          Terakhir, sesungguhnya wasilah itu adalah: “Sesuatu yang dipergunakan oleh seorang da`i untuk menyampaikan dakwahnya kepada yang didakwahi”. Adapun sesuatu yang dipergunakan oleh da`i itu baik berupa perangai (Akhlak), tutur kata, tulisan, pelaksanaan, pemikiran dan sarana media, baik media cetak ataupun elektronik.

d)     Perbedaan Prasarana (الوسيلة) dan Metodologi (الأسلوب)

Wasilah itu kadang kala kebiasaannya berbentuk material, -media informasi, baik media cetak dan media elektronika-. Dan adakalanya juga berbentuk maknawiyah –seni berpidato-. Sedangkan metodologi itu kebiasaannya senantiasa bersifat maknawi.
Apabila ditinjau dari sisi maknawiyah maka akan berdampingan-lah metodologi dan wasilah secara bersamaan.
Begitupun, dari segala aspek maka sesungguhnya wasilah itu dengan sendirinya akan seiring dengan metodologi, baik itu dalam hal penukilan ataupun penyampaian dakwah dari seorang da`i kepada yang didakwahi.
Adapun sesuatu yang diperbincangkan, itu adalah salah satu bentuk wasilah dakwah yang maknawiyah, kemudian juga, penopangnya adalah metodologi, baik itu berupa yang berbentuk nasehat, pencerdasan, penyemangat, ancaman, perintah, larangan dan lain-lain.
Panutan yang baik juga adalah salah satu bentuk wasilah untuk menyampaikan dakwah kepada manusia. Nah, kadang kala bisa menggunakan metodologi perangai, masalah-masalah ini bisa dibaca dan didapati dibuku-buku dakwah. Adapun yang telah dipaparkan dari sebelumnya jangan dipersempit untuk mempersempit ruang dakwah. Sebab, sementara ini hanya ini yang bisa dipaparkan oleh penulis tentang penjelasan-penjalasan dakwah. Dikarenakan perubahan tempat dan waktu tentunya akan membuat permasalahan itu jadi berbeda. Allahu `alam.

e)      Bentuk-bentuk wasilah dakwah

Orang-orang yang membahas tentang ilmu dakwah islamiyah berbeda pendapat dengan orang-orang jurnalis. Adapaun permasalahan itu diseputar permasalahan prasarana dakwah islamiyah, kami akan mencoba menyebutkan beberapa permasalahan-permasalahan perbedaan itu. Diantaranya:

-          Sebahagian mereka ada yang menyebutkan sarana-sarana orde lama, seperti khutbah, retorika pidato dan lain-lain.

-          Sebahagian mereka ada juga yang menyebutkan sarana-sarana orde baru, seperti jurnalisme, penyiaran radio, televisi dan internet. Adapun ukuran standart antara orde lama dan orde baru itu adalah inovasi yang diprasaranai oleh tenaga listrik, sebab zaman sekarang ini hampir semua masyarakat sudah menggunakan listrik, sebab listriklah yang bisa menghidupkan radio, televisi, komputer dan yang lain-lainya.

-          Sebahagian mereka juga ada yang menyebutkan sarana-sarana maknawiyah dan sarana-sarana material.

-          Sebahagian mereka ada juga yang menyebutkan dengan menggunakan sarana-sarana perangai (Dakwah bil hal), sarana-sarana dengan berbicara, materi dan penerapan.

-          Ada juga yang menyebutkan sarana-sarana pengungkapan ilmiyah, bacaan-bacaan, pamplet, reklame dan sarana-sarana apa saja asalkan itu baik.

Setelah diperhatikan dari semua bentuk ungkapan-ungkapan penyebutan diatas, maka akan terbentuklah menjadi enam macam sarana dakwah, yaitu:

1-      Akhlak (Perangai)
2-      Pengunggkapan
3-      Penulisan
4-      Penerapan
5-      Pemberitaan
6-      Pemikiran

Enam bahagian ini adalah bentuk wasilah secara menyeluruh dari bahagian-bahagian wasilah, sebab semua ini adalah bentuk level wasilah dakwah. Dengan begitu wasilah yang enam ini dapat dirincikan menjadi sebagai berikut.

1-      Wasilah perangai dan pemikiran. Yang diinginkan dari sini adalah kesabaran, syukur, tawadhu`, panutan yang baik dan batas-batasan.

2-      Wasilah ungkapan. Yang diinginkan dari sini adalah khutbah, pelajaran, seminar-seminar, perkuliahan, penelitian dan syair-syair.

3-      Wasilah penulisan.  Yang diinginkan dari sini adalah buku-buku, surat kabar, diskusi dan biografi.

4-      Wasilah penerapan. Yang diinginkan dari sini adalah khalayak ramai, perkantoran, club-club, tenpat-tempat tamasya atau hiburan, silaturahim dan perintah serta larangan.

5-      Wasilah pemberitaan. Yang diinginkan dari sini adalah jurnalisme, radio, televisi dan internet.
***
Penutup

Demikianlah gambaran pemaparan singkat tentang dakwah, da`i, yang didakwahi, metodologi dan wasilah, baik itu secara bahasa maupun istilah. Harapan kami adalah: “Semoga dengan adanya makalah ini bisa meluruskan tujuan para da`i yang sebenarnya”. Walaupun terkadang ketika kita melihat ada beberapa da`i yang mungkin kurang memahami tugasnya sebagai seorang da`i sehingga pada akhirnya menimbulkan prasangka-prasangka buruk dari yang didakwahi, seperti kebiasaan yang mungkin kurang dimengerti oleh da`i dengan menggunakan fasilitas dakwah untuk mencari kehidupan duniawi yang bersifat materi. Allahu `alam.
***
Daftar Pustaka

-          Al-quran
-          Shohih Imam Bukhori.
-          Shohih Imam Muslim
-          Diktat usul dakwah (Dr. Musthafa Ibrahim Al-damiry)
-          Usul dakwah. Dr. Zaidan.
-          Dapat dilihat didalam footnote.




[1]Ditulis oleh Muhammad Syafi`I Tampubolon.
[2] Dr. Musthofa Ibrahim Ad-damiry. Wakil dekan fakultas  Ushuludin Universitas Al-Azhar di Zagazig mesir.
[3] 1- Mengucapkan dua kalimat syahadat. 2- Mendirikan Sholat. 3- Berpuasa dibulan Ramadhan. 4- Membayar zakat. 5- Melaksanakan haji bagi yang sudah mampu.
[4] 1- Beriman kepada Allah Swt. 2- Beriman kepada para malaikat-malaikatNya. 3- Beriman kepada Kitab-kitabNya. 4- Beriman kepada semua para rasulNya. 5- Beriman kepada hari kemudian. 6- Beriman kepada ketentuan baik dan buruk yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
[5] Minhaju As-Sunnah jilid 1 halaman 147.
[6] Amar ma`ruf nahi mungkar oleh Abu bakar Al-khilali halaman 50.
[7] Mukhtasor Minhaj Al-qosidin halaman 129.
[8] Al-habbah fil islam halaman 84.
[9] I`lamul mauqi-in `an Robbil `Alamin juz 3 halaman 16. karangan Ibnu Qoyyim.
[10] Khusus jenis ini, jenis itu tidak, khusus level ini, level itu tidak, khusus kelompok ini, kelompok itu tidak, khusus untuk orang-orang yang sekarang, orang-orang yang akan dating tidak, khusus tempat ini, tempat itu tidak.
[11] Lisanul arab jilid 3 halaman 3085 dan mu`jamul wasit halaman 703.
[12] Kamus Muhit halaman 1577 dan Mu`jam Al-wasith halaman 703.
[13] Manahijul `irfan fi ulumil quran jilid 3 halaman 241.
[14] Fikih dakwah beliau jilid 1 halaman 215.
[15]Manahiju Al-dakwah wa uslubiha halaman 16.
[16] Al-madkhol ila ilmi dakwah halaman 36-37.
[17] At-ta`rifat halaman 326.
[18] Tafsir Ibn katsir jilid 2 halaman 55.
[19] Shohih Muslim halaman 383 syarah Imam Nawawi.
[20] Fathul bari jilid 2 halaman 121.
[21] Hasyiah Sandi atas sunan Nasa`i.
[22] Shohih Bukhori halaman 614.
[23] Tafsir Ibn Katsir jilid 2 halaman 155.
[24] Mu`jam mufrodat Al-quran yang ditahqiq oleh Nadim mur`asaly halaman 560.
[25] Tafsir qurtuby surat An-nisa ayat 35.
[26] Tafsir Jalalain surat An-nisa ayat 35.
[27] Tafsir Al-manar jilid 2 halaman 55.
[28] Usul dakwah Dr. Zaidan halaman 448.
[29] Rokaizul Al-`alam karang Syanqiti halaman 29.
[30] Minhajul Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah fil al-dakwah oleh Dr. Al-Hausyani jilid 2 halaman 42.
[31] Al-madkhol Al-bayanuni halaman 49.
[32] Fikhu Al-dakwah Dr. Ali Mahmud halaman 234.
[33] Manahiju Al-dakwah wa asalibuha Dr. Jarisyah halaman 16.
[34] Dakwah Nabi li-al`arob Dr. Hamud Al-haritsi halaman 141.
Label:

Posting Komentar

Google Anda

facebook 1.1k

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget